Menuju konten utama

Pilihan Sempit untuk PDIP di Pilgub Jabar 2018

PDIP dinilai berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, lantaran tidak memiliki banyak pilihan.

Pilihan Sempit untuk PDIP di Pilgub Jabar 2018
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan arahan saat Rakornas Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) di DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Sabtu (28/10/2017). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018 menyisakan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan sebagai partai yang belum menentukan kandidat yang akan diusung. PDI dinilai berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, lantaran tidak memiliki banyak pilihan yang akan dimajukan.

Menurut Direktur Populi Centre Usep S. Ahyar, PDI Perjuangan berada dalam situasi yang sulit. “Mesin politik PDIP memang kuat, tapi mereka seharusnya mengakui defisit kader di Pilgub Jabar,” kata Usep kepada Tirto, Selasa (2/1/2018).

Situasi ini, kata Usep, membuat pilihan untuk PDIP hanya ada dua, yakni bergabung dengan koalisi koalisi pendukung Ridwan Kamil atau membentuk koalisi dengan Golkar mengingat waktu pendaftaran Pilgub Jabar 2018 yang tinggal seminggu lagi.

“Tapi kalau dengan Ridwan Kamil, PDIP harus siap tidak dapat apa-apa,” kata Usep.

Sementara, menurut Usep, peluang masih ada bila PDIP memasangkan kadernya dengan Deddy Mizwar atau Dedi Mulyadi. Kedua sosok ini dinilai Usep masih dalam posisi terbuka untuk dijajaki, baik secara pribadi, maupun secara partai.

Lebih lanjut, Usep menyebut, Dedi Mulyadi merupakan sosok yang paling condong didekati karena Golkar memiliki basis kuat di Jabar dan bisa menambah daya gebrak ke pemilih akar rumput.

“Tantangannya adalah PDIP harus bisa meyakinkan kedua sosok itu bahwa mereka punya kader yang cocok untuk disandingkan,” kata Usep.

Berbeda dengan Usep, Direktur Saiful Mujani Research Centre Djayadi Hanan menilai PDIP tidak punya pilihan selain mengusung cagub dan cawagub dari kader sendiri. Sebab, menurutnya, PDIP tak punya rekam jejak komunikasi yang baik dengan kandidat-kandidat Pilgub Jabar 2018.

“Dedi Mulyadi nampaknya tidak cocok dengan sosok seperti Anton Charliyan dan Puti [Guntur Sukarno]. Dengan Ridwan Kamil sepertinya akan berat karena tersandera partai pengusungnya saat ini,” kata Djayadi.

Djayadi pun menilai, keikutsertaan PDIP dalam Pilgub Jabar 2018 hanya sebatas untuk menjaga eksistensi partai di mata kader. Bukan untuk mencapai kemenangan.

PDIP Masih Mempertimbangkan Calon Terbaik

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyatnto menerangkan belum diumumkannya kandidat karena DPP PDIP sedang mencari sosok pemimpin yang merakyat dan jauh dari pragmatisme kekuasaan. Ia berdalih, elektabilitas bukan segalanya bagi PDIP.

“Yang terpenting adalah watak kepemimpinan dan kepribadian untuk menyatu bersama rakyat,” kata Hasto.

Menurut Hasto, kandidat yang akan diusung PDIP di Pilgub Jabar adalah kandidiat yang diharapkan dapat menjalankan roda pemerintahan secara berkesinambungan dengan program Presiden Jokowi, guna mempercepat realisasi pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintahan Jokowi-JK.

“Dengan demikian antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota saling bersinergi, berjalan berirama, dan partai memiliki konsepsi pembangunan semesta dan berencana,” kata Hasto.

Rencananya, kata Hasto, PDI Perjuangan mengumumkan nama yang dianggap mewakili kepentingan rakyat untuk diusung di Pilgub Jabar tersebut pada Jumat, 4 Januari 2017. Calon ini akan diumumkan bersama dengan calon gubernur untuk Pilgub Jateng, Lampung dan Papua.

"Mohon bersabar sebab pengumuman paslon tidak dilakukan sembarangan. Kami memiliki tema-tema khusus setiap mengumumkan pasangan calon," kata Hasto.

Senada dengan Hasto, Sekretaris DPD PDIP Jabar Abdy Yuhana menyatakan partainya sedang mematangkan beberapa nama yang sudah ada dalam daftar pertimbangan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

"Tinggal finalisasi saja. Termasuk koalisi dengan beberapa parpol," kata Abdy kepada Tirto.

Hal ini, kata Abdy, merupakan tindak lanjut dari tiga skenario PDIP di Pilgub Jabar yang sebelumnya diungkapkan Wasekjen PDIP, Eriko Sutarduga, yakni mengusung calon sendiri dengan komposisi cagub-cawagub dari kader internal PDIP atau campuran internal-eksternal PDIP, atau mengusung Ridwan Kamil, dan atau membentuk koalisi baru dengan PPP dan PKB.

"Sekarang mengerucut pada dua opsi. Antara mengusung calon sendiri dan membentuk koalisi baru," kata Abdy.

Ia membantah PDIP defisit kader. Sebaliknya, ia menyebut banyak kader PDIP yang berpotensi untuk diusung, seperti TB. Hasanudin, Puti Guntur Soekarnoputri, Ketua DPRD Jabar Ineu Purwadewi, baik untuk dipasangkan sesama kader internal, maupun untuk dipasangkan dengan sosok di luar PDIP.

Sementara terkait sosok di luar PDI, Abdy menyatakan terdapat dua nama yang memungkinkan diusung, yakni Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi. Sedangkan, untuk Deddy Mizwar yang juga memiliki elektabilitas tinggi di Jabar menurutnya PDIP sudah menutup peluang.

“Deddy Mizwar sudah menyatakan diri bergabung sebagai kader Demokrat dan tidak mau diusung oleh PDIP,” kata Abdy.

Komunikasi PDIP dengan kedua sosok tersebut, kata Abdy, saat ini juga berlangsung intens, berkesinambungan dan menuju ke arah positif, meskipun sebelumnya sempat mengalami kerenggangan.

“Tidak menutup kemungkinan kami koalisi dengan Golkar,” kata Abdy.

Golkar Dalam Posisi Dilematis

Terkait rencana PDIP yang mempertimbangkan Dedi Mulyadi, Ketua DPP Golkar Happy Bone menyatakan kedua partai memang sedang intens membangun komunikasi untuk mencapai koalisi di Pilgub Jabar 2018.

“Kami ingin exercise mana yang terbaik antara PDIP dan Demokrat,” kata Happy.

Golkar, kata Happy, akan memilih partai yang bersedia menjadikan kader mereka sebagai cagub dan bukan sekadar cawagub di Jabar. “Kalau melihat peluangnya, itu bisa dengan PDIP,” kata Happy.

Hanya saja, Happy mengatakan, Dedi Mulyadi merasa lebih cocok berpasangan dengan Deddy Mizwar, sehingga DPP Golkar sedikit kesulitan untuk menentukan keputusan. Terlebih, dalam beberapa kali pertemuan Dedi Mulyadi menurutnya merasa kurang cocok dengan sosok yang diusulkan oleh PDI Perjuangan.

“Oleh karena itu keputusan akhir ada di ketum,” kata Happy.

Rencananya, kata Happy, pengumuman resmi Golkar untuk Pilgub Jabar disampaikan dalam pekan ini setelah Airlangga kembali dari luar negeri.

Baca juga artikel terkait PILGUB JABAR 2018 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Mufti Sholih