Menuju konten utama

Pidato Said Aqil: Tuduhan dan Bantahan NU Minta Jabatan

Bagi Muhammadiyah, pidato Ketum PBNU Said Aqil soal "semua harus dari NU" adalah manuver politik untuk meminta jabatan ke paslon capres-cawapres.

Pidato Said Aqil: Tuduhan dan Bantahan NU Minta Jabatan
Rais 'Aam PBNU Ma'ruf Amin bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berdoa seusai memberikan keterangan pers di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (9/8/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - Pidato Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dalam peringatan Hari Lahir ke-73 Muslimat NU di Jakarta, Ahad (27/1/2019) kemarin dikritik tokoh-tokoh ormas Islam lain. Soalnya, pernyataan dia dinilai menihilkan yang lain.

Said Aqil mengatakan NU harus berperan di semua bidang agama, dan mesti mendominasi. Imam masjid, khatib, pejabat KUA, hingga Menteri Agama, harus yang berasal dari tradisi NU, katanya. Berikut kutipan lengkap dari laman NU Online:

"Imam masjid, khatib-khatib, KUA-KUA, Menteri Agama, harus dari NU. Kalau dipegang selain NU, [nanti dianggap] salah semua; nanti banyak [tuduhan] bidah kalau selain NU. Ini bidah nanti. Tari-tari sufi [dituduh] bidah nanti," kata Said Aqil.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengatakan selain "tidak mencerminkan akal sehat", pernyataan "selain NU nanti dianggap salah semua" juga jadi indikasi kalau sebetulnya Said Aqil sedang meminta jatah jabatan ke para politikus.

"Apa yang hendak dilakukan oleh Said Aqil adalah untuk mengambil dan meraup semua jabatan dan posisi yang ada di negeri ini untuk NU, dan apa yang dia katakan itu tampaknya bukanlah keseleo lidah, tapi sudah beliau kerjakan dan itu terlihat dari komposisi pejabat yang ada di Kementerian Agama," tuduh Anwar.

Kata Anwar, pejabat eselon satu dan dua di Kemenag saat ini tak ada yang berasal dari tradisi Muhammadiyah. Begitu juga rektor-rektor di UIN dan IAIN.

Pengamat politik dari UIN Syarief Hidayatullah Adi Prayitno juga berpendapat serupa. Kesan meminta jabatan, katanya, tak elok karena pada dasarnya NU sudah diperhatikan dan memang telah diakomodir oleh pemerintahan saat ini. Ia memberi contoh lewat Imam Nahrawi dan Hanif Dhakiri yang ditunjuk sebagai Menpora dan Menaker.

"Tanpa dibunyikan sebenarnya NU ini salah satu ormas yang selalu diperhitungkan. Pasti ada kader-kader terbaiknya yang selalu direkrut menjadi bagian dari pemerintahan," kata Adi kepada reporter Tirto, kemarin.

Adi menambahkan secara kultural NU memang lebih condong ke paslon 01, Jokowi-Ma'ruf Amin. "Memang sejak awal dikait-kaitkan dengan 01," tambahnya. Hal ini dapat disimpulkan politikus yang dimintai jatah memang Jokowi-Ma'ruf.

Meski demikian apa yang dikatakan Adi secara tidak langsung juga dikonfirmasi Sandiaga Uno, cawapres nomor urut 02. Kata Sandi, jika dia dan Prabowo Subianto menang, mereka akan mempertimbangkan memilih orang-orang terbaik dari NU untuk duduk di kabinet.

"NU adalah organisasi massa terbesar. Ini [pejabat dari Nahdliyin] yang diharapkan oleh warga NU dan masyarakat, dan itu tentunya akan menjadi pertimbangan kami," kata Sandiaga di TIM, Jakarta Pusat, Minggu (27/1/2019) lalu.

Infografik Mozaik kelahiran nahdlatul ulama

Tidak Meminta Kursi

Wakil Sekjen PBNU Ahmad Baidowi membantah semua tuduhan dan dugaan itu. Katanya secara organisasi NU tak pernah punya keinginan berpolitik praktis.

"Ucapan pak Said Aqil tidak ada hubungan dengan politik praktis. [Ucapan itu] lebih kepada adanya semacam keresahan dari beliau terkait khotbah-khotbah Jumat yang akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis," kata Baidowi kepada reporter Tirto, kemarin.

Baidowi mengatakan, pidato Said Aqil dilatari banyaknya laporan dari kader kalau sejumlah masjid digunakan untuk kampanye politik, juga penyebaran hoaks dalam upaya mengajak memilih capres-cawapres tertentu.

"Dia berharap, khotbah-khotbah di berbagai tempat itu diisi kader-kader NU, supaya enggak salah. Peran keagamaan bagi NU sangat penting, terutama khotbah di masyarakat. Gitu, lho. Imbauan gitu aja," kata Baidowi.

Baca juga artikel terkait NAHDLATUL ULAMA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino