Menuju konten utama

Pesepakbola Harusnya Bebas Sampaikan Protes Kematian George Floyd

Sejumlah pesepakbola di Bundesliga Jerman akan diperiksa terkait aksi protes atas kematian George Floyd yang dituding bernuansa politik.

Pesepakbola Harusnya Bebas Sampaikan Protes Kematian George Floyd
Pendemo berseru di depan kantor polisi kelima pada hari keempat aksi protes setelah insiden tewasnya George Floyd saat ditahan polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Jumat (29/5/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Nicholas Pfosi/hp/djo

tirto.id - Pesepakbola seharusnya bebas mengungkapkan aksi protes atas insiden kematian George Floyd di Amerika Serikat yang diduga terkait dengan rasisme dan kebrutalan aparat kepolisian.

Hal tersebut dinyatakan oleh Sanjay Badhari, Ketua Kick It Out, organisasi yang mengkampanyekan antirasisme dalam sepak bola dan komunitas sosial.

“Jika mereka merasa ingin memprotes, maka mereka seharusnya melakukannya. Mereka seharusnya merasa bebas untuk melakukan itu. Mengekspresikan keyakinan Anda adalah hak asasi manusia yang fundamental,” tandas Badhari dikutip BBC.

“Saya akan menyarankan untuk menekuk sebelah lutut ketika Anda mencetak gol dan membuat satu tim melakukannya, wasit tidak akan menghukum seluruh tim. Itu simbol yang sangat kuat dan sebuah gestur solidaritas,” tambahnya.

Sebelumnya, empat pemain Bundesliga diperiksa karena melakukan selebrasi yang dimaksudkan sebagai protes terkait kematian Floyd.

Empat pemain tersebut adalah Weston McKennie (Schalke 04), Marcus Thuram (Borussia Monchengladbach), serta Jadon Sancho dan Achraf Hakimi (Borussia Dortmund).

McKennie melakukan protes dengan mengenakan ban bertuliskan “Justice for George”. Sancho dan Hakimi menunjukkan pesan bernada sama pada di laga pada Minggu (31/5/2020) lalu.

Sedangkan Thuram menekuk sebelah lutut usai mencetak gol ke gawang Union Berlin, sebagai simbol protes dan mendukung kampanye Black Lives Matters.

Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) dilaporkan memeriksa empat pemain tersebut atas dugaan pelanggaran aturan yang melarang simbol politis di lapangan.

Dukungan Presiden FIFA

Tak hanya di Liga Jerman, sejumlah klub dan pesepakbola di Liga Inggris juga menunjukkan dukungan atas kampanye antirasisme terkait kasus George Floyd.

Pada Senin (1/6/2020) lalu, skuad Liverpool menekuk sebelah lutut di sesi latihan, sedangkan Newcastle United dan Chelsea melakukannya pada Selasa (2/6). Dua pemain Manchester United, Paul Pogba dan Marcus Rashford, juga turut bersuara menentang rasisme.

FIFA sendiri telah menyatakan dukungannya atas aksi empat pemain tersebut. Badan sepak bola dunia ini menekankan bahwa mereka juga menolak rasisme, diskriminasi, dan kekerasan.

“Untuk menghindari keraguan, di sebuah kompetisi FIFA, demonstrasi terkini yang dilakukan para pemain di pertandingan Bundesliga berhak mendapatkan tepuk tangan dan bukan malah hukuman. Kita harus berkata tidak kepada rasisme dan segala bentuk diskriminasi,” ucap Presiden Gianni Infantino dikutip laman resmi FIFA.

George Floyd adalah warga kulit hitam di Amerika Serikat yang meninggal dalam penangkapan oleh polisi pada 25 Mei 2020 lalu dengan tuduhan memakai uang palsu sebesar 20 dolar AS.

Kematian George Floyd menyulut protes antirasisme di seantero Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, termasuk reaksi dari kalangan olahragawan.

Baca juga artikel terkait GEORGE FLOYD atau tulisan lainnya dari Ikhsan Abdul Hakim

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Ikhsan Abdul Hakim
Penulis: Ikhsan Abdul Hakim
Editor: Iswara N Raditya