tirto.id -
"Untuk negosiasi, mereka (Boeing) dengan pemimpin barunya akan datang tanggal 28 Maret (2019) di Kantor Garuda. Jadi kita sudah mulai mendiskusikan, memang jawabannya standar mereka mau mempertimbangkan dan negosiasi, tapi negosiasi ini bisa panjang," ungkap Ari di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Adapun negosiasi yang akan dilakukan berkenaan tindak lanjut kerja sama dua perusahaan itu di masa depan. Dalam negosiasi ini juga akan dibahas apakah Garuda masih akan berpindah ke pabrikan lain atau tetap menggunakan produk Boeing.
“Kalau kita lihat deal dengan pabrikan lain itu bagus dan bisa di-absorb, kami memang terbuka untuk opsi itu," jelas dia.
Namun, sambung dia, pihak Garuda masih mengupayakan ada penawaran terbaik dari pihak Boeing seperti penawaran jenis pesawat lain yang punya sistem lebih aman.
“Prinsipnya kami bukannya mau ganti Boeing tapi akan cari tipe lain. Jadi mungkin mereka tawarkan Boeing 737 max 10 itu yang punya baru saingannya mungkin Airbus 321. Tapi kan itu masih lama tahun 2025 ke atas,” sebutnya.
Upaya mencari ‘win win solution’ kata Ari, perlu dilakukan lantaran perusahaan sudah terlanjur memasukkan dana sebesar US$26 juta yang digunakan sebagai pre down payment (PDP) alias uang tanda jadi pemesanan 50 unit pesawat yang telah dilakukan beberapa tahun lalu. Bila negosiasi gagal, maka dana tersebut bakal hilang.
“Kita sudah bayar ke Boeing sebesar US$ 26 juta untuk 50 unit yang masuk kan baru satu. Pasti Boeing juga tidak akan kembalikan begitu saja, makanya mereka akan negosiasi. Kalau beralih mungkin saja kalau negonya stuck (buntu). Pastinya kita akan risiko kehilangan PDP,” tutup dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Agung DH