tirto.id - Boeing Co akan menangguhkan produksi pesawat terlarisnya, yakni pesawat jet 737 MAX, pada Januari 2020. Ini adalah penghentian produksi terbesar dalam 20 tahun terakhir yang merupakan dampak dari dua kecelakaan fatal sepanjang 2019.
Keputusan tersebut diambil setelah setelah FAA menghentikan penerbangan Boeing 737 Max usai dua kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia menewaskan 346 orang dalam rentang waktu lima bulan.
Dilansir oleh Reuters, Boeing menegaskan tak akan melakukan PHK terhadap 12.000 karyawan nya selama produksi dihentikan, meskipun langkah itu dapat memiliki dampak di seluruh rantai pasokan global dan ekonomi A.S.
Keputusan untuk menghentikan produksi akan memiliki dampak langsung kepada maskapai dan memaksa mereka untuk membatalkan penerbangan atau menyewa pengganti yang lebih lama.
Di sisi lain, larangan itu membuat krisis yang lebih dalam dan membuat jet terlaris Boeing di-grounded di seluruh dunia. Maskapai yang jadi pelanggan Boeing mulai kembali melihat catatan keselamatannya dan mendesak kompensasi atas barang yang mereka beli. Boeing saat ini juga tengah berada di bawah tekanan FAA.
Anggota Parelemen AS, Rick Larsen, menilai krisis tersebut dapat memukul perekonomian, terutama bagi para pekerjanya.
“Satu-satunya hal yang menyelamatkan adalah kepemimpinan Boeing telah berjanji untuk tidak memberhentikan pekerja. Saya siap bekerja dengan pekerja Boeing untuk memastikan ... mereka akan memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan jika terjadi shutdown yang berkepanjangan, " ujarnya
Meski telah dibekukan, hingga saat ini, Boeing terus memproduksi 737 MAX jet dengan rata-rata 42 pesawat per bulan dan membeli suku cadang dari pemasok hingga 52 unit per bulan.
Boeing enggan menyebut berapa lama penutupan akan berlangsung, dan menekankan hal tersebut adalah wewenang FAA. Upaya sebelumnya memprediksi kapan 737 MAX mungkin kembali ke layanan setelah perubahan pelatihan perangkat lunak telah menarik respons yang tajam dari regulator A.S.
FAA mengatakan tidak akan mengomentari apa yang digambarkan sebagai keputusan bisnis Boeing tetapi akan terus bekerja dengan regulator global untuk meninjau perubahan yang diusulkan pada 737 MAX.
"Prioritas pertama kami adalah keselamatan, dan kami belum menetapkan jangka waktu kapan pekerjaan akan selesai," ujar perwakilan lembaga tersebut.
Editor: Gilang Ramadhan