Menuju konten utama

Pertumbuhan Ekonomi 2018 Diprediksi Hanya di Kisaran 5,16 Persen

Perkiraan itu lebih rendah dibandingkan proyeksi yang sempat mereka sampaikan pada awal 2018, yakni sebesar 5,3 persen.

Pertumbuhan Ekonomi 2018 Diprediksi Hanya di Kisaran 5,16 Persen
Kapal tunda melintas di dekat kapal yang melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (23/7). Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2018 akan berada pada 5,1 persen (year on year/yoy) atau bias bawah sasaran Bank Sentral di 5,1-5,5 persen karena penurunan kontribusi dari kinerja ekspor. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Tim Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 bakal berada di kisaran 5,16 persen. Perkiraan tersebut mengikuti pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan di level 5 sampai 5,1 persen sejak 2017.

Adapun perkiraan itu lebih rendah dibandingkan proyeksi yang sempat mereka sampaikan pada awal 2018, yakni sebesar 5,3 persen. Untuk 2019 pun, Tim Ekonom Bank Mandiri mengungkapkan prediksi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di level 5,1 persen.

“Semua karena kondisi perekonomian global dan perubahan kebijakan dalam negeri. Termasuk suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Dulu kami lihat ke arah 4,75 persen, tapi ternyata itu berubah cukup cepat,” kata Kepala Tim Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan di Plaza Mandiri, Jakarta pada Kamis (30/8/2018).

Selain adanya kontraksi dari sisi moneter, Anton mengungkapkan proyeksi tersebut turut dipengaruhi dari sisi fiskal. Beberapa faktor dari sisi fiskal di antaranya seperti penarikan pajak dan penerbitan obligasi yang lebih besar dari belanja.

Kendati menurunkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi, namun Tim Ekonom Bank Mandiri memperkirakan inflasi masih tetap rendah dan sesuai dengan target BI. Dengan inflasi yang sebesar 3,18 persen (year-on-year) sampai dengan Juli 2018, Anton menyebutkan inflasi di sepanjang tahun ini akan mencapai 3,6 persen.

Menurut Anton, kunci dari mempertahankan inflasi itu terletak pada kelancaran distribusi bahan pangan dan penurunan biaya logistik.

“Tahun depan diperkirakan [inflasi] 4,5 persen, karena mau tidak mau setelah Pemilu dan Lebaran, pemerintah harus melakukan penyesuaian terhadap harga BBM. Memang tidak langsung semua, mulai dari sebagian. Mau tidak mau,” ungkap Anton.

Di samping adanya kemungkinan untuk menyesuaikan harga BBM, Anton menyebutkan risiko ke depan juga berasal dari tekanan terhadap kenaikan suku bunga acuan global dan dalam negeri. Tekanan dari pelebaran neraca perdagangan, serta aliran modal asing yang berfluktuasi dan masih mungkin ke luar Indonesia pun masih bakal membayangi.

“Terkait masalah neraca perdagangan, asalkan masih di bawah 3 persen itu masih oke. Tidak masalah kok. Tapi mungkin memang dari arah financing account akan turun juga, karena pasar mencari safe have di AS khususnya,” jelas Anton.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto