Menuju konten utama

Pertama Kali Dalam Sejarah, Harga Minyak WTI Minus 37,63 per Barel

Harga minyak WTI untuk pertama kalinya diperdagangkan minus.

Pertama Kali Dalam Sejarah, Harga Minyak WTI Minus 37,63 per Barel
Fasilitas Saudi Aramco Juaymah di Arab Saudi. Ekspansi luar negeri adalah bagian dari rencana Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk meningkatkan ekonomi negaranya. FOTO/REUTERS

tirto.id - Harga minyak mentah AS untuk pertama kalinya jatuh hingga di bawah 0 dolar per barel pada Senin (20/2/2020). Harga minyak secara mengejutkan mencapai minus 37,63 dolar per barel.

Harga minyak WTI anjlok hingga 55,90 dolar atau 306% persen menjadi minus 37,63 per barel, bahkan sempat mencatat titik terendah minus 40,32 per barel. Harga minyak WTI yang negatif ini merupakan yang pertama kalinya terjadi dalam sejarah. Sementara minyak Brent tercatat hanya turun 2,51 dolar (9%) ke level 25,57 per barel, seperti dilansir dari Reuters.

Dalam beberapa pekan terakhir, harga minyak mentah dunia memang terus turun meski OPEC+ sudah mencapai kesepakatan untuk memangkas produksi hingga 9,7 juta barel per hari per 1 Mei.

Meski demikian, para analis menyatakan bahwa harga minyak WTI yang negatif ini tidak merefleksikan pasar minyak yang sesungguhnya. Harga minyak negatif ini terjadi karena merupakan hari terakhir para produsen untuk memperdagangkan kontrak Mei. Padahal pada bulan itu, diperkirakan kapasitas penyimpanan sudah mencapai kapasitas terbesarnya. Dengan harga negatif ini, maka berarti produsen harus membayar untuk setiap barel minyak yang akan dikirimnya.

Kontrak berjangka minyak biasanya berjalan selama 1 bulan. Untuk kontrak WTI Juni yang berakhir pada 19 Mei, turun 18% ke level 20,43 per barel. Kontrak yang lebih aktif diperdagangkan ini merupakan refleksi yang lebih baik di pasar minyak. Sementara kontrak Juli tercatat lebih rendah 11% ke level 26,18 per barel, seperti dilansir dari CNBC.

Daniel Hynes, analis dari ANZ, seperti dilansir dari CNBC menjelaskan, salah satu alasan penyebab minyak WTI negatif adalah berakhirnya kontrak berjangka untuk Mei.

“Ada pialang-pialang di pasar yang hanya ingin memperdagangkan ‘kertas’, sehingga mereka menggantinya dengan kontrak berjangka berikutnya. Ini berarti menjual kontrak Mei dan membeli kontrak Juni.”

“Tetapi ada pula pialang-pialang yang membeli untuk klien-kliennya yang memperdagangkan secara fisik. Jadi mereka memegang kontrak hingga berakhir dan mengirimkan minyak, atau menerima minyak jika mereka berada pada sisi lain dari perdagangan."

Inilah alasan mengapa kontrak Mei sangat jauh dibandingkan dengan kontrak Juni. Harga spot saat ini sedang sangat lemah, yang menurut Hynes karena “jatuhnya permintaan dan kurangnya penyimpanan.”

Di tengah pandemi COVID-19 yang menyebabkan hampir sebagian besar orang di dunia diam di rumah saja, permintaan minyak memang terus turun. Pada saat yang sama, produksi minyak sudah terlanjur membanjir, hingga menciptakan persediaan yang berlimpah. Dengan kondisi itu, industri perminyakan kini sedang menghadapi kekurangan tempat penampungan minyak.

“Penampungan sudah terlalu penuh untuk para spekulator membeli kontrak ini, dan kilang-kilang beroperasi pada level yang rendah karena kita belum mencabut perintah untuk tinggal di rumah di sebagian besar negara bagian,” kata PhilFlynn, analis dari Price Futures Group di Chicago, seperti dilansir dari Reuters.

Tempat-tempat penampungan minyak di AS kini memang sedang penuh. Mengutip laporan The Guardian pada akhir pekan, sekitar 160 juta barel minyak kini disimpan di sebuah tanker raksasa. Ini merupakan penyimpanan terbesar sejak krisis 2009, di mana minyak yang tersimpan saat ini lebih dari 100 juta barel.

Baca juga artikel terkait HARGA MINYAK atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti