tirto.id - Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan para sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+ membuat sebuah kesepakatan besar yakni mengurangi produksi hingga 9,7 juta barel per hari (bph). Pengurangan akan secara efektif berlaku mulai 1 Mei 2020 hingga akhir Juni.
Ini merupakan kesepakatan pemangkasan produksi terbesar dalam sejarah yang pernah dilakukan OPEC. Keputusan diambil dalam sebuah pertemuan darurat secara virtual pada Minggu (12/4), setelah melakukan diskusi panjang selama beberapa hari.
Press release: The 10th (Extraordinary) OPEC and non-OPEC Ministerial Meeting concludes
β OPEC (@OPECSecretariat) April 12, 2020
π https://t.co/sprmpT99kBpic.twitter.com/fkmlKcvFVV
OPEC+ semula mengajukan pemangkasan produksi hingga 10 juta bph, atau setara dengan 10 persen dari suplai minyak global pada pertemuan Kamis (9/4). Namun, Meksiko menolak proposal jumlah minyak yang harus dipangkasnya, sehingga OPEC+ gagal mencapai kesepakatan.
Seperti dilansir dari CNBC, Senin (13/4), pembicaraan terus berlanjut keesokan harinya setelah penolakan dari Meksiko. Para menteri energi dari negara-negara G-20 sepakat bahwa stabilisasi pasar diperlukan. Kesepakatan akhirnya dicapai setelah 4 hari diskusi. Meksiko akhirnya menyetujui pemangkasan produksi 100.000 bph, dari usulan semula 400.000 bph.
Pemangkasan produksi diharapkan bisa mendongkrak harga minyak yang kini terpuruk akibat berkurangnya permintaan. Pandemi Corona atau COVID-19 memangkas permintaan minyak dunia hingga sepertiga. Lemahnya permintaan di tengah suplai yang berlimpah membuat harga minyak jatuh, dan pada Minggu berada di kisaran 31,30 dolar per barel untuk jenis Brent. Harga ini berarti kurang dari setengah dari harga minyak Brent di awal tahun, seperti dilansir Reuters.
Pemangkasan produksi secara bertahap akan berkurang menjadi hanya 8 juta bph per Juli hingga akhir 2020. Selanjutnya menjadi 6 juta bph dari Januari 2021 hingga April 2022.
Dalam siaran persnya, OPEC mengatakan akan melakukan video conference lagi pada 10 Juni 2020 untuk membahas lagi langkah-langkah yang diperlukan guna menstabilkan pasar.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, βini merupakan kesepakatan besar yang akan menyelamatkan ratusan ribu tenaga kerja sektor energi di Amerika Serikat.β Trump merupakan perantara yang berupaya mendamaikan Arab Saudi dan Rusia yang sempat bertikai perang harga, dan menyebabkan harga minyak jatuh beberapa waktu lalu.
Data Bloomberg mencatat, tingkat produksi minyak mentah OPEC mencapai 25,146 juta bph. Sementara total produksi OPEC+ mencapai 41,380 juta bph, dengan Rusia tercatat sebagai negara non-OPEC dengan produksi terbesar hingga 10,323 juta bph.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti