tirto.id - Interaksi antaranggota masyarakat melibatkan perilaku dan kebiasaan individu yang berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh struktur sosial sebagai pola yang mengatur kehidupan sehari-hari masyarakat.
Dalam studi sosiologi, klasifikasi perbedaan dalam masyarakat tersebut meliputi 2 aspek, yaitu diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial.
Jadi, struktur sosial memengaruhi keragaman perilaku masyarakat yang pada ujungnya memunculkan diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial. Dua konsep terakhir memiliki perbedaan dan persamaan.
Persamaan antara diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial adalah bahwa dua konsep itu menggambarkan adanya pembedaan atau penggolongan dalam masyarakat.
Namun, kedua konsep itu merujuk pada realitas berbeda karena menggunakan ukuran yang tidak sama dalam mendefinisikan perbedaan antaranggota masyarakat.
Dalam diferensiasi sosial, perbedaan golongan dalam masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang bersifat pluralistik. Artinya, ketimpangan posisi antargolongan dalam masyarakat akibat adanya perbedaan itu tidak diperhatikan.
Sementara itu, dalam stratifikasi sosial, perbedaan antargolongan dalam masyarakat dilihat berdasarkan lapisan yang bertingkat, sehingga memunculkan identifikasi terhadap kelas-kelas sosial.
Bisa disimpulkan, perbedaan antara diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial terletak pada cara melihat perbedaan antargolongan dalam masyarakat.
Diferensiasi sosial menunjukkan perbedaan antargolongan di masyarakat dalam konteks relasi yang setara, atau horizontal (tidak hierarkis).
Sebaliknya, stratifikasi sosial menggambarkan perbedaan antargolongan dalam masyarakat, yang terjadi secara vertikal atau hierarkis (bertingkat).
Untuk lebih memahami persamaan dan perbedaan diferensiasi sosial dengan stratifikasi sosial perlu dimengerti pengertian dari masing-masing konsep tersebut beserta contohnya di masyarakat.
Pengertian Diferensiasi Sosial dan Contohnya
Melalui konsep diferensiasi sosial, studi sosiologi meninjau hubungan antaranggota masyarakat dalam posisi yang setara. Dalam studi sosiologi, pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat secara horizontal yang ditandai dengan tiadanya penggolongan bertingkat (hierarkis).
Dengan demikian, diferensiasi sosial menunjukkan kemajemukan dan heterogenitas sosial di masyarakat. Namun, kemajemukan itu tidak memperlihatkan perbedaan lapisan sosial.
Mengutip Modul Mata Pelajaran Sosiologi SMA terbitan Kemendikbud (2016), dijelaskan bahwa diferensiasi sosial muncul karena pembagian kerja, perbedaan jenis kelamin, serta perbedaan agama, ras, etnis (pengelompokan individu atas dasar ciri persamaan kebudayaan, seperti bahasa, adat, sejarah, sikap, wilayah).
Adapun sosiolog Nasikun menerangkan, secara horizontal, masyarakat ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial yang dipisahkan oleh perbedaan suku bangsa, agama, ras, adat, unsur kedaerahan, dan profesi.
Salah satu contohnya adalah diferensiasi sosial berdasarkan agama. Di Indonesia, masyarakatnya beragam karena terdiri atas penganut Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha, Konghucu, hingga agama lokal, dan kepercayaan.
Tidak ada golongan yang lebih tinggi maupun rendah dalam diferensiasi sosial berdasarkan agama, seperti yang terjadi dalam pembedaan masyarakat Indonesia berdasarkan keyakinan yang dianut.
Hal yang sama juga berlaku pada contoh diferensiasi sosial berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan fungsi sosial yang bisa jadi berbeda, tetapi dipandang memiliki kedudukan yang sama dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengertian Stratifikasi Sosial dan Contohnya
Stratifikasi sosial adalah penggolongan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan yang disusun secara bertingkat atau hierarkis. Penggolongan ini merujuk pada pembagian anggota masyarakat ke dalam tingkatan atau strata yang berjenjang secara vertikal.
Kemunculan stratifikasi sosial didorong oleh keberadaan nilai sebagai sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi dalam masyarakat.
Nilai yang dimaksud dalam konteks stratifikasi sosial berkaitan dengan sumber daya atau barang berharga yang dibutuhkan masyarakat. Contohnya: kekuasaan, harta, pendidikan, maupun keterampilan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial menunjukkan hubungan antaranggota masyarakat dalam posisi yang tidak sederajat.
Jadi, secara garis besar, stratifikasi sosial menunjukkan penggolongan anggota masyarakat berdasar perbedaan akses dalam memanfaatkan sumber daya.
Sebagai gambaran adanya stratifikasi sosial, di masyarakat terdapat sebagian anggota yang memiliki privilese dan prestise, tetapi ada juga yang tidak.
Ada sejumlah bentuk dasar stratifikasi sosial di masyarakat. Macam-macam bentuk itu adalah stratifikasi ekonomi, stratifikasi pendidikan/pekerjaan, dan stratifikasi politik.
Sementara itu, Jeffries dan Ransford merumuskan ada 3 macam stratifikasi sosial di masyarakat. Penjelasan soal 3 macam stratifikasi sosial itu beserta contohnya adalah sebagai berikut.
1. Hierarki kelas
Stratifikasi sosial jenis pertama ini didasari oleh penggolongan masyarakat dari segi ekonomi, yakni penguasaan atas sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa (alat produksi). Unsur ekonomi itu secara sederhana bisa diukur dari kekakayaan.
Stratifikasi jenis ini dapat berlaku secara berbeda di setiap masyarakat, bergantung pada mode produksi dalam perekonomiannya.
Sebagai contoh, hierarki di masyarakat desa yang ekonominya didasari oleh pertanian, penentu kelas sosial ialah kepemilikan atas tanah dan rumah. Adapun di masyarakat pesisir yang mayoritas nelayan, penentu hieraksi kelas adalah kepemilikan atas perahu.
Lain halnya di masyarakat perkotaan, yang pelapisan masyarakatnya ditentukan oleh perbedaan akses terhadap modal. Kelompok masyarakat dengan modal kuat akan menguasai alat produksi untuk industri dan bisnis, sebagai fondasi ekonomi area perkotaan. Modal itu bisa berupa uang atau aset-aset berharga yang bisa digunakan untuk investasi.
2. Hierarki kekuasaan
Hierarki kekuasaan ditentukan oleh kemampuan memengaruhi nilai-nilai otoritatif. Penggolongan ini berkaitan dengan aspek politik.
Contohnya, anggota masyarakat yang menduduki posisi raja atau kepala negara dan pejabat pemerintahan akan memiliki derajat yang berbeda dengan warga negara biasa.
3. Hierarki Status
Hierarki status didasarkan atas perbedaan kehormatan dan kedudukan di masyarakat. Ukuran dalam pelapisan di hierarki jenis ini umumnya terjadi di masyarakat tradisional ataupun relijius.
Contoh penggolongan ini dapat dilihat pada masyarakat Jawa yang di dalamnya terdapat pembedaan antara kaum priyayi dan wong cilik. Para tetua adat yang kedudukannya ditinggikan di sejumlah suku juga menjadi contoh lain. Adapun di masyarakat relijius, tokoh agama umumnya mendapat kedudukan lebih tinggi dari warga biasa.
Penulis: Syaima Sabine Fasawwa
Editor: Addi M Idhom