tirto.id - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri lagi-lagi menjadi bahan perbincangan publik lantaran pernyataannya. Kali ini ia melontarkan pernyataan bahwa perempuan harus bisa masak apapun profesinya.
Ini bukan kali pertama Megawati membuat pernyataan yang menyulut respons publik. Sebelumnya, ia sempat mengkritik ibu-ibu yang meributkan harga minyak goreng yang mahal hingga meminta ibu hamil untuk tidak cengeng.
Aktivis Kesetaraan Gender Kalis Mardiasih menilai pernyataan-pernyataan Megawati adalah pernyataan sebagai tokoh publik yang tidak sensitif gender.
“Pernyataan tokoh publik yang tidak sensitif gender. Apalagi beliau sesama perempuan. Kalau dari akarnya sudah tidak sensitif gender, sudah pasti tidak akan sampai ke tahap responsif gender,” kata Kalis kepada Tirto, Rabu (10/8/2022) sore.
Dia pun menerangkan, salah satu tugas negara yaitu menyelenggarakan pembangunan yang responsif gender.
"Padahal tugas negara adalah menyelenggarakan pembangunan yang responsif gender, baik secara kebijakan maupun fasilitas,” tutur Kalis.
Di sisi lain, Peneliti Bidang Politik The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Ahmad Hidayah menilai pernyataan Megawati pada Senin (8/8/2022) terkait perempuan harus bisa masak apapun profesinya, jika ditinjau dari perspektif politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 kurang tepat, bias gender, dan kurang edukatif.
“Saya pikir, hal ini kurang tepat dan [kurang] baik dari kacamata komunikasi politik. Di era modern seperti saat ini, pandangan perempuan harus berada di dapur itu sudah tidak relevan lagi. Problem perempuan di dapur itu seperti memperliharkan budaya patriarki. Hal ini pula yang membuat perempuan memiliki beban ganda,” ujar Ahmad melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (10/8/2022) siang.
Dia menuturkan, bahwa Presiden Kelima Republik Indonesia tersebut sering kali dianggap blunder secara komunikasi politik terkait perempuan. Sebagai contoh, pada bulan Maret 2022 lalu, Megawati berkomentar terkait keheranannya terhadap ibu-ibu yang mengantri migor.
Lanjut Ahmad, sebulan kemudian, Megawati kembali berkomentar bahwa dirinya merasa heran melihat fenomena ibu-ibu beramai-ramai belanja baju Lebaran. Padahal, sebelum situasi tersebut terjadi, ibu-ibu rela mengantre demi mendapatkan migor terutama dengan harga murah.
“Narasi yang disampaikan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP ini bertolak belakang dengan citra yang selama ini dibentuk oleh PDIP sebagai partai yang membuka ruang bagi perempuan. PDIP jadi satu-satunya partai di parlemen yang saat ini diketuai oleh perempuan,” kata dia.
Selain itu, ujar dia, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Puan Maharani, kader PDIP, merupakan calon presiden (capres) perempuan paling potensial dan memungkinkan jika dibandingkan dengan capres perempuan lainnya.
“Saya mengkhawatirkan, narasi-narasi politik yang tidak baik seperti ini selain bias gender dan tidak tepat, bisa membuat PDIP ditinggal oleh pemilih perempuan maupun pemilih lain yang punya kesadaran kritis tentang gender,” jelas Ahmad.
Dia pun mengatakan bahwa Megawati perlu untuk memberikan narasi-narasi politik yang lebih edukatif dan berperspektif gender, serta ramah terhadap perempuan jika ingin meraih suara perempuan di Pemilu 2024 mendatang.
“Jangan sampai, komunikasi politik yang buruk tersebut menjadi batu sandungan bagi PDIP untuk menjadi partai pemenang pemilu tiga kali berturut-turut,” pesan Ahmad.
Berikut pernyataan-pernyataan Megawati yang dianggap problematik dan tak sensitif gender:
1.Megawati Heran Ibu-ibu Rebutan Migor
Dia heran kepada ibu-ibu di Indonesia, apakah mereka hanya menggoreng makanan setiap harinya sampai harus rebutan migor.
“Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah enggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?” kata Megawati dalam webinar “Cegah Stunting untuk Generasi Emas” yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).
2. Megawati Bingung Ibu-ibu Beli Baju Lebaran
Dia bingung dengan fenomena ibu-ibu yang berbondong-bondong ke pasar untuk membeli baju baru jelang Lebaran.
“Saya lihat di pasar-pasar sekarang akibat sudah dilepaskannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), ibu-ibu berbondong-bondong beli baju baru dan sebagainya. Padahal, di sisi lain bingung, mereka antre minyak goreng,” ujar Megawati dalam acara Kick Off Pembentukan BRIDA yang ditayangkan secara virtual, Rabu (20/4/2022).
3. Megawati Sebut Perempuan Harus Bisa Masak
Dia mengatakan dalam Kick Off Kolaborasi Percepatan Penurunan Stunting yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Senin (8/8/2022), bahwa dia tidak pernah ketinggalan untuk memasak saat menjabat sebagai presiden dan tidak ada alasan perempuan untuk tidak bisa memasak, serta kaum perempuan harus bisa masak apapun profesinya.
“Kurang kerja apa saya. Sebagai presiden, saya tidak pernah ketinggal untuk memasak [di rumah]. Minimal satu atau dua menu. Tidak ada alasan untuk perempuan tidak bisa memasak. Ibu-ibu pejabat juga harus bisa memasak,” tutur Megawati dikutip dari siaran pers BKKBN, Senin (8/8/2022).
Tambah dia, “Kaum perempuan harus bisa masak, apa pun profesinya. Kaum perempuan kok lembek? Ayo bergerak! Tunjukkan bahwa kaum perempuan itu tidak lemah! Saya kalau berbicara lugas, kenyataan yang saya sampaikan, bukan seremonial. Ayo ibu-ibu, bangun!”
4. Megawati Minta Para Ibu Hamil Jangan Cengeng
Dalam acara pada Senin (8/8/2022), Megawati meminta agar para ibu hamil jangan cengeng. Karena pengalamannya sebagai ibu hamil, seorang ibu selama mengandung mempunyai tantangan tersendiri dan dia mengaku sudah siap secara lahir batin untuk mengandung sejak menikah.
“Ini saya cerita pengalaman supaya ibu-ibu dengan segala hormat saya, please (tolong), jangan cengeng,” kata Megawati.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri