Menuju konten utama

Perlintasan Sebidang Ganjal Revitalisasi Jalur KA Utara Jawa

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan proyek revitalisasi jalur kereta api rute Jakarta-Surabaya menemui hambatan berupa adanya 988 perlintasan sebidang.

Perlintasan Sebidang Ganjal Revitalisasi Jalur KA Utara Jawa
Pengendara sepeda motor melintasi jalur perlintasan rel kereta tidak resmi di kawasan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/11/2016). Di Bogor masih banyak terdapat perlintasan sebidang antara jalan raya dan jalur rel kereta, yang kerap menjadi titik kemacetan dan penyebab terjadi kecelakaan. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya.

tirto.id - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan proyek revitalisasi jalur kereta api dengan kecepatan menengah untuk rute Jakarta-Surabaya, atau jalur utara Jawa, menemui hambatan berupa adanya 988 perlintasan sebidang.

Budi mengatakan hanya ada dua pilihan solusi untuk masalah ini, yakni menghilangkan perlintasan sebidang itu atau membangun jalan layang di atasnya.

Berdasar catatan Budi, daftar 988 perlintasan sebidang tersebut belum termasuk perlintasan kecil-kecil yang biasa hanya bisa dilewati kendaraan bermotor dan hewan ternak.

"Ini nggak bisa diselesaikan sektoral oleh Kementerian Pekerjaan Umum ada dua pilihan, dengan membangun dan menghentikan perlintasan sebidang 988, tetapi suatu konsep kita bikin elevated (layang)," kata Budi dalam diskusi "Membangun Peradaban Transportasi Indonesia" di Jakarta, pada Kamis (26/1/2017) seperti dikutip Antara.

Sayangnya, untuk membangun jalan layang, Budi menambahkan, kendalanya ialah biaya investasi revitalisasi jalur KA Jakarta-Surabaya akan membengkak.

"Makanya, kita memberikan kesempatan ke Jepang untuk menyampaikan proposal itu, syukur-syukur bisa dilakukan swasta dan elevated (layang)," ucap dia.

Sebelumnya, pemerintah Jepang menyatakan akan menyusun proposal awal mengenai rencana kerja sama proyek revitalisasi jalur kereta api Jakarta-Surabaya itu. Rencana itu sesuai dengan hasil pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pada (15/1/2017) lalu. Nilai proyek tersebut mencapai sekitar Rp80 triliun.

Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah mengeluarkan hasil kajian awal yang menyimpulkan pengembangan kereta ekspres berkecepatan 160 km per jam rute Jakarta-Surabaya akan mengurangi beban transportasi darat dan udara.

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan kajian itu merekomendasikan bahwa kereta cepat ini harus dibangun tahun ini karena sudah mendesak untuk diadakan.

"Kenapa kok tidak dibuat secepat Shinkansen (kereta supercepat Jepang)? Karena biayanya sangat besar, dari hasil kajian awal pakai kereta ekspres dengan kecepatan 160 km per jam saja sudah cukup," kataUnggul di Jakarta, Kamis (19/1/2017) lalu.

Unggul mengimbuhkan, berdasarkan hasil kajian itu, rel kereta yang sekarang digunakan masih akan bisa digunakan jika memang kereta ekspres berkecepatan 160 km per jam yang dikembangkan. Dengan demikian, rel kereta yang ada bisa digunakan lebih optimal dan tidak perlu membuat jalur rel kereta yang baru.

Baca juga artikel terkait JALUR KERETA API atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom