Menuju konten utama

Perang Yaman Sudah Tewaskan 7000 Jiwa

Perang di Yaman yang sudah berumur 20 bulan telah memakan lebih dari 7000 korban jiwa. Itulah isi laporan yang baru saja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) dan utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Perang Yaman Sudah Tewaskan 7000 Jiwa
Peluru kendali Tentara Militer Yaman menyerang pangkalan Militer Arab Saudi dari Provinsi Asir, Yaman. [Foto/Reuters/Yemen’s Defence Ministry]

tirto.id - Perang di Yaman yang sudah berumur 20 bulan telah memakan lebih dari 7000 korban jiwa. Itulah isi laporan yang baru saja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO) dan utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (8/11/2016). PBB juga memeringatkan situasi kemanusiaan yang akan semakin memburuk.

“Sampai 25 Oktober, lebih dari 7.070 orang telah terbunuh dan lebih dari 36.318 terluka,” ujar Ismail Ould Cheikh Ahmed, utusan PBB membaca laporan WHO.

Dalam laporan tersebut juga tertulis bahwa ada 21 juta orang lainnya yang membutuhkan layanan kesehatan darurat. Padahal, lebih dari separuh fasilitas kesehatan di seluruh negeri telah ditutup atau hanya sebagian berfungsi di tengah-tengah krisis ketersediaan dokter.

Ismail Ould Cheikh Ahmed, utusan PBB, berbicara dari ibukota Sanaa yang tengah dikuasai pemberontak, bahwa ia menyesalkan kekerasan yang sangat menyedihkan ini dan menyerukan untuk segera menghentikan pertempuran.

"Orang-orang sekarat... infrastruktur hancur... dan perekonomian berada di tepi jurang," ujar Ahmed.

WHO menyatakan 2,4 juta orang harus mengungsi dari negeri mereka akibat konflik tersebut. Sementara 120 ribu orang lainnya telah mencari suaka ke negara lain seperti Somalia dan Djibouti.

Ahmed juga memeringatkan bahwa situasi kesehatan berada dalam kondisi yang "sangat berbahaya" dengan jumlah kasus dugaan kolera diperkirakan mencapai 2.241 kasus. PBB bahkan telah mengonfirmasi 71 kasus penyakit menular melalui air minum yang tercemar dan mengakibatkan diare akut.

Organisasi-organisasi internasional juga mengingatkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir terjadi penyebaran penyakit dan peningkatan malnutrisi di negara itu.

Sejak Maret 2015, Yaman diguncang pertikaian antara kelompok pemberontak yang didukung Iran dan pasukan pemerintah yang didukung koalisi pimpinan Arab Saudi, beberapa bulan setelah pemberontak merebut Sanaa dan menguasai sejumlah wilayah di negara tersebut.

Ould Cheikh Ahmed mendesak koalisi yang menguasai jalur udara Yaman mengizinkan penerbangan komersial menuju dan keluar dari bandara internasional Sanaa guna mengevakuasi korban terluka. Meskipun begitu koalisi menolak dan berargumen bahwa pemberontak akan menggunakan bandara, yang sepenuhnya dalam kendali mereka, untuk pengiriman senjata.

Kondisi ini sepertinya belum akan segera berubah. Upaya-upaya utusan PBB untuk menyakinkan pihak-pihak yang berperang guna menerapkan gencatan senjata dan melanjutkan perundingan damai masih menemui kegagalan.

Baca juga artikel terkait YAMAN atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh