tirto.id - Rusia kembali melancarkan serangan di Ukraina pada hari Sabtu, 25 Februari 2023, tepatnya di Vuhledar. Peristiwa itu menewaskan tiga warga sipil dan empat lainnya terluka.
Diberitakan AP News, serangan itu juga mengarah ke wilayah Kherson selatan yang masih dalam kendali Ukraina dan Rusia. Gubernur Oleksandr Prokudin melaporkan dua warga sipil tewas dan tujuh lainnya luka-luka dalam 78 serangan Rusia di wilayah Kherson.
Seorang marinir Ukraina dengan nama perang “Moryak”, menyebut telah melakukan patroli menyusuri jalan berlumpur serta berlindung di balik tembok-tembok bopeng untuk mengevakuasi korban serangan Rusia.
“Kami berjuang untuk anak-anak kami, untuk sesama warga Ukraina, untuk bangsa kami. Karena menurut saya, apa yang dilakukan Rusia sekarang adalah genosida terhadap warga Ukraina. Dan Ukraina tidak punya pilihan lain selain menang,” ungkap tentara tersebut.
Sementara itu, seorang mantan narapidana Yevgeny Prigozhin, menyatakan bahwa pejuangnya telah maju ke sebuah pemukiman di pinggiran utara kota Bakhmut.
Prigozhin adalah pemilik perusahaan militer swasta yang merekrut para pejuang dari penjara dan membawanya ke medan pertempuran, atau dikenal dengan tentara bayaran Grup Wagner.
Akan tetapi, militer Ukraina justru membantah pasukan militer Rusia dan Grup Wagner telah maju ke Bakhmut. Pasukan Ukraina mengatakan telah memukul mundur mereka.
Update Situasi Perang Rusia-Ukraina
Pada hari Minggu, 26 Februari 2023, militer Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia tengah membangun benteng di Krimea untuk memperkuat pertahanan.
Rusia juga membawa sekitar 150 tentara wajib militer Rusia untuk pekerjaan teknik di wilayah Chelyabinsk Rusia, dekat pegunungan Ural.
Serangan Rusia itu disebut juga masih terkonsentrasi di Bakhmut untuk dicaplok dan tujuan-tujuan lainnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menyatakan keyakinannya untuk mengembalikan semenanjung Krimea ke kendali Ukraina, yang disebut sebagai jalan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
“Ini adalah tanah kami, rakyat kita, sejarah kita, kami akan mengembalikan bendera Ukraina ke setiap sudut Ukraina,” tulis Zelensky di Telegram.
Selaras dengan pernyataan Zelensky, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah mengakui pencaplokan yang diklaim Rusia di Krimea sejak tahun 2014. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan juga menyebut Krimea adalah Ukraina.
“Apa yang pada akhirnya terjadi dengan Krimea dalam konteks perang ini dan penyelesaian perang ini adalah sesuatu yang harus ditentukan oleh Ukraina, dengan dukungan Amerika Serikat,” ungkap Jake Sullivan dalam sebuah pernyataan.
Kota Bakhmut dalam Ancaman Rusia
Diberitakan The Guardian, pasukan Rusia tengah berusaha menutup lingkaran di sekitar Bakhmut, Ukraina timur, yang membuat situasi militer menjadi semakin sulit, pada hari Senin, 27 Februari 2023.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah pidato pada Senin malam menyatakan, situasi di Bakhmut semakin sulit. Pasalnya, Rusia terus menerus menghancurkan segala sesuatu yang dapat melindungi posisi pasukan Ukraina, seperti benteng dan pertahanan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim, pasukannya telah menghancurkan sebuah depot amunisi Ukraina di dekat Bakhmut, serta menembak jatuh empat rudal Himars dan lima pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh pasukan Ukraina.
Hongaria Khawatir Andil Uni Eropa di Perang Rusia-Ukraina
Kantor berita Rusia TASS memberitakan, Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, khawatir terhadap pasokan senjata oleh beberapa negara Uni Eropa ke Ukraina. Dina menilai, langkah itu dapat memperkeruh keadaan hingga tak tercapainya perdamaian.
“Seluruh Eropa meluncur ke dalam perang selangkah demi selangkah, karena negara-negara Uni Eropa mengirimkan tank-tank ke Ukraina dan sedang mempertimbangkan untuk memasok jet tempur. Jika keadaan terus berlanjut seperti ini, akan ada pihak-pihak yang ingin mengirim pasukan ke Ukraina,” ungkap Viktor Orban dalam sebuah pernyataan.
Viktor Orban menekankan, pemerintahannya bersikeras untuk menyelesaikan perang Rusia-Ukraina dengan cara damai dan meminta anggota parlemen mendukung langkah ini.
“Kami membutuhkan gencatan senjata, kami membutuhkan perundingan damai. Itulah sebabnya Hongaria bersikeras untuk perdamaian di semua forum internasional,” tambah Viktor.
Selain itu, Hongaria yang menyetujui rencana perdamaian dari China untuk Ukraina, Viktor Orban juga terus menentang sanksi-sanksi anti-Rusia dari Uni Eropa.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto