Menuju konten utama

Penyebab Air Ketuban Terlalu Banyak dan Efeknya pada Janin

Beberapa hal bisa menjadi penyebab air ketuban banyak hingga berlebih (polihidramnion). Indikasi kasus polihidramnion juga terlihat dari sejumlah gejala yang dialami oleh ibu hamil.   

Penyebab Air Ketuban Terlalu Banyak dan Efeknya pada Janin
Ilustrasi Ibu Hamil. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Air ketuban merupakan cairan bening kekuningan yang mengelilingi janin selama masa kehamilan. Dilansir dari Medline Plus, air ketuban berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan paru-paru pada janin. Selain itu, air ketuban juga berfungsi untuk menjaga suhu di sekitar janin, melindungi janin dari cedera luar, serta mencegah tekanan pada tali pusat.

Dalam kondisi normal, janin akan secara teratur menelan cairan ketuban, mencernanya, dan mengeluarkannya melalui buang air kecil. Proses ini membantu dalam menjaga kadar air ketuban dalam kisaran normal. Tetapi ada beberapa kondisi tertentu yang memicu air ketuban menumpuk terlalu banyak di dalam rahim, atau yang disebut polihidramnion.

Pada kehamilan normal, jumlah cairan ketuban harus tetap dalam kisaran tertentu. Volume normal cairan ketuban bisa bervariasi tergantung ukuran bayi, minimal 500 ml dan maksimal 1000 ml.

Volume cairan ketuban yang normal memuncak pada minggu ke-34 kehamilan, yakni sekitar 800 ml. Menjelang kelahiran, air ketuban akan berkurang perlahan sekitar 600 ml. Sementara pada kasus polihidramnion, volume air ketuban melampaui jumlah normal.

Polihidramnion Picu Berbagai Risiko

Sebagian besar polihidramnion merupakan kasus ringan. Namun, ada juga kasus polihidramnion sedang hingga berat yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan kelahiran.

Di kasus polihidramnion, risiko kelahiran prematur meningkat. Kelahiran prematur meningkatkan risiko bayi mengalami masalah kesehatan, termasuk cedera saat lahir.

Polihidramnion juga dapat menyebabkan pertumbuhan janin berlebih atau makrosomia. Janin yang terlampau besar tak bisa dilahirkan melalui persalinan normal. Polihidramnion pun dapat memicu kasus malposisi janin, di mana posisi bayi sungsang sehingga mempersulit persalinan.

Kondisi paling berbahaya yang bisa disebabkan oleh polihidramnion adalah prolaps umbilical atau kasus tali pusar turun ke saluran lahir di depan bayi selama persalinan. Kondisi ini bisa membuat bayi kekurangan oksigen, dan bahkan berujung pada kematian janin.

Penyebab Polihidramnion dan Gejalanya

Polihidramnion sering dikaitkan dengan penyebab-penyebab tertentu, salah satunya ketika janin tidak menelan dan mencerna cairan ketuban dalam jumlah normal. Ada beberapa kondisi dimana bayi tidak dapat mencerna air ketuban, seperti gangguan pencernaan, masalah otak dan sistem saraf, dan sindrom Beckwith-Wiedemann.

Selain itu, penumpukan air ketuban juga bisa disebabkan oleh diabetes yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah ibu terlalu tinggi. Polihidramnion juga dapat disebabkan oleh kasus Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) atau komplikasi kembar identik di mana salah satu kembar mendapatkan lebih banyak aliran darah daripada yang lain.

Dilansir dari Birth Injury Help Center, ada beberapa gejala yang mengindikasikan polihidramnion. Di antaranya adalah:

  • Pembengkakan kronis di kaki dan pergelangan kaki
  • Tidak nyaman saat bernapas hingga sesak napas
  • Gangguan buang air kecil
  • Pembengkakan vulva
  • Mulas berkepanjangan
  • Perut terasa tidak nyaman
Sebagian besar kasus polihidramnion terjadi pada pekan ke 16-17 kehamilan. Polihidramnion yang lebih dini semakin berpotensi memicu riisko serius. Ada baiknya untuk segera mengunjungi dokter kandungan ketika mengalami gejala-gejala tersebut.

Baca juga artikel terkait IBU HAMIL atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom