tirto.id - Pada pertengahan tahun ini, organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan ada lebih dari satu juta kasus infeksi penyakit menular seksual (PMS) ditemukan setiap hari di seluruh dunia.
Minimnya pengetahuan dan kesadaran mengenai penyakit menular seksual membuat semakin banyak masyarakat yang terinfeksi.
PMS tidak dapat dianggap enteng karena dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Di catatan WHO, kebanyakan PMS ditularkan melalui hubungan badan. Meskipun demikian, sejumlah jenis PMS juga bisa ditularkan melalui cara lain, seperti kontak fisik, donor darah, hingga dari ibu ke bayi.
Berikut ini beberapa PMS yang penularannya tidak hanya melalui hubungan seksual:
1. HIV/AIDS
Penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) sudah lama menjadi perhatian masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini menyerang sel T, salah satu bagian sel darah putih.
Virus HIV yang masuk tubuh manusia dapat melemahkan, bahkan mematikan sel darah putih dan memperbanyak diri. Hal ini bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh pengidap HIV (CD4).
Jika tidak minum obat anti retroviral (ARV) dalam kurun 5-10 tahun usai terinfeksi, orang dengan status HIV positif akan mengalami sekumpulan gejala infeksi oportunistik yang dipicu penurunan kekebalan tubuh. Kondisi itu disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Berdasar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai dengan Juni 2018 tercatat ada sebanyak 108.829 kasus AIDS di Indonesia.
Menurut laporan dari National Health Service, virus HIV bersarang pada darah dan cairan tubuh orang yang mengidapnya, seperti sperma, cairan vagina, darah menstruasi, dan ASI.
Namun, sesuai penjelasan Kemenkes, Virus HIV hanya dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, berbagi jarum suntik, produk darah dan organ tubuh. Selain itu, ibu hamil yang positif HIV dapat menularkan kepada bayinya.
HIV tidak menular melalui penggunaan toilet bersama, gigitan nyamuk atau serangga, memakai menggunakan alat makan bersama, bersalaman/berpelukan, ataupun tinggal serumah dengan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Oleh sebab itu, menjadi ODHA sebenarnya bukanlah penghalang untuk bersosialisasi, bekerja, dan berkeluarga.
2. Gonore
Gonore merupakan salah satu PMS yang paling umum. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami kencing nanah.
Gonore bisa menjangkiti siapapun, baik wanita maupun pria. Di antara gejala penyakit ini adalah keluarnya lendir kuning, putih atau hijau dari kelamin, sakit ketika buang air kecil. Pada wanita, gejalan penyakit ini bisa terlihat dari pendarahan yang abnormal kala menstruasi.
Dilansir dari Healthline, penyakit Gonore tidak hanya bisa menular melalui hubungan seksual saja, tetapi juga lewat persalinan. Sebab, bakteri gonore memiliki protein di permukaannya yang dapat menempel pada uretra dan rahim. Bakteri yang menempel itu bisa menyebar dan menyerang sel-sel dalam organ. Inilah mengapa bayi yang dilahirkan secara normal dari ibu penderita gonore, dapat terjangkit virus ini. Infeksi gonore pada bayi dapat memicu kerusakan mata.
Untuk mencegah penularan bakteri gonore pada bayi, para ibu perlu memeriksakan diri selama kehamilan atau ketika merencanakan kehamilan. Hal ini penting untuk dilakukan supaya dokter dapat mengambil tindakan pencegahan jika ditemukan bahwa si ibu tertular gonore.
3. Sifilis
Sifilis (raja singa) disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Sesuai ulasan di WebMD, sifilis dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti artritis, kerusakan otak, hingga kebutaan.
Penderita sifilis akan mengalami gejala seperti ruam atau luka luar yang tersebar kelamin, dubur, dan mulut. Sifilis ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka sifilis, atau yang disebut sebagai chancre.
Selain bisa ditularkan melalui hubungan seksual tidak aman, sifilis juga dapat menyebar melalui cara lain. Dilansir dari Healthline, berciuman bisa menularkan sifilis meski kecil kemungkinannya. Hal ini karena sifilis dapat menyebabkan luka pada mulut dan kontak fisik dapat menyebabkan perpindahan bakteri. Meskipun begitu, hubungan seksual vaginal, anal, maupun oral adalah faktor penularan utama dari penyakit ini.
Selain itu perempuan yang terinfeksi sifilis memiliki risiko tinggi melahirkan bayi yang meninggal tak lama setelah lahir. Mengutip dari Center of Disease Control and Prevention (CDC), ada sekitar 40 persen kasus kematian bayi yang dilahirkan dari ibu penderita sifilis.
Sementara bayi yang lahir hidup dengan ibu yang menderita sifilis, biasanya tidak memiliki gejala tertentu. Hanya saja, bayi tetap perlu mendapat penanganan karena besar kemungkinan sifilis menyebabkan kejang, keterlambatan pertumbuhan, hingga kematian pada bayi.
4. Klamidia
Dilansir dari Medical News Today, Klamidia merupakan PMS yang 50 kali lebih umum dibanding sifilis. Penyakit ini dapat meningkatkan risiko penderitanya terkena penyakit seksual lainnya seperti gonore, sifilis, hingga HIV. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini dapat menyebabkan kerusakan serius bahkan permanen pada sistem reproduksi penderitanya.
Klamidia ditularkan melalui kontak seksual dengan penderita. Orang yang terinfeksi biasanya akan mengalami gejala pada lima hingga sepuluh hari setelah kontak seksual.
Gejalanya meliputi keputihan, demam, sakit ketika buang air kecil, pembengkakan testis pada pria, dan pembengkakan vagina atau anus pada wanita. Jika tidak segera ditangani, klamidia dapat menyebabkan kondisi serius seperti infertilitas.
Pada wanita hamil, sangat rentan menularkan bakteri klamidia pada bayinya. Infeksi klamidia pada bayi dapat menyebabkan kondisi serius seperti kerusakan mata hingga pneumonia.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom