tirto.id - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan pembawa bakteri penyebab penyakit difteri bisa saja tidak terserang atau tertular penyakit itu.
"Dia tidak sakit, tetapi bisa menularkan," kata Ketua Umum IDAI, dr Aman B Pulungan di Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Menurut Aman, jalan satu-satunya mencegah penularan penyakit difteri adalah dengan imunisasi. Namun, anak yang sudah mendapatkan imunisasi difteri pun masih perlu diimunisasi setiap 10 tahun sekali.
Ia menyatakan, imunisasi difteri harus dimulai dari usia kurang dari setahun dan dilakukan sebanyak tiga kali. Sedangkan anak usia setahun hingga lima tahun, kata dia, harus mendapat imunisasi ulangan sebanyak dua kali.
Aman menyatakan, anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi difteri melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Siswa SD mendapatkan imunisasi saat kelas I, II, III atau V.
Ia menyatakan difteri sangat mudah menular melalui udara, yaitu lewat nafas atau batuk. Oleh sebab itu, penderita difteri tidak boleh dikunjungi saat dirawat di rumah sakit.
Penyakit Difteri Bisa Sebabkan Kematian
Menurut Aman, difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri "Corynebacterium diphteriae" dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak, apabila tidak ditangani secara cepat.
Ia menyatakan, difteri memiliki masa inkubasi dua hari hingga lima hari dan akan menular selama dua minggu hingga empat minggu.
Namun, gejala awal tertular difteri sulit untuk dispesifikasikan, seperti demam tidak tinggi, nafsu makan menurun, lesu, nyeri menelan dan nyeri tenggorokan, sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah.
Kendati demikian, difteri memiliki tanda khusus berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorokan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut dengan "bull neck".
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto