Menuju konten utama

Penjual Jajanan Akui Berkurang Pemasukan Imbas Harga Telur Naik

Para penjual jajanan juga mengakui kenaikan harga telur ayam berdampak pada pendapatan harian.

Penjual Jajanan Akui Berkurang Pemasukan Imbas Harga Telur Naik
Ibu Nining pedagang cilor, Jakarta, Rabu (17/5/2023). tirto.id/Hanif

tirto.id -

Harga telur ayam di pasaran mulai meroket. Kenaikan ini pun dikeluhkan oleh para penjual jajanan yang menggunakan bahan baku telur.

Mereka mulai putar otak agar tetap bisa berjualan. Tidak hanya itu, para pedagang juga mengakui kenaikan harga telur berdampak pada pendapatan harian.

Salah satu penjual jajanan telur gulung di Jakarta Barat, Sribayati (46) pedagang telur mengakui merasakan dampak dari harga telur ayam yang saat ini dibanderol Rp34.000 per kilogram. Dia pun terpaksa menaikkan harga telur gulung menjadi Rp2.000 per satu tusuk.

“Ini karena naik saya mau tidak mau harus menaikkan harga telur gulung. Tadinya yang seharusnya harganya satu tusuk Rp1.000, sekarang naik jadi Rp2.000. Telur gulung nya juga saya kecilkan porsinya, yang penting saya masih bisa berjualan,” ucap Sribayati saat ditemui Tirto di Taman Aries, Jakarta Barat, Rabu (17/5/2023).

Namun, Sribayati mengakui hanya menaikkan harga telur gulungnya saja. Tetapi, untuk harga makanan lainnya masih tetap sama.

“Hanya telur gulung saja yang saya naikkan harganya. Kalau yang lain seperti sate sosis, sate otak-otak dan lainnya masih di harga Rp1.000 per tusuknya,” bebernya.

Sribayati pun tidak mau merinci berapa pendapatan per harinya semenjak harga telur naik. Dia menjelaskan saat ini yang terpenting dagangnya masih laku terjual.

“Untuk pendapatan sehari saya yang penting masih bisa berjualan sama bantu-bantu suami untuk cari keuntungan,” ungkapnya.

Sribayati pun berharap, pemerintah segera menurunkan harga telur yang saat ini sudah tembus di Rp30.000 per kilogramnya. Sebab, masyarakat kecil sepertinya akan sulit untuk bisa membeli telur sebagai bagian dari modalnya untuk berjualan.

“Ini saja belum lama ada yang mau beli telur gulung, pas saya bilang harganya di Rp2.000 mereka tidak jadi beli. Kalau seperti ini terus bisa-bisa dagangan saya malah sepi, dan kalau bisa pemerintah turunkan harga telur,” ungkapnya.

“Karena, telur juga kan bagian dari modal kami untuk berjualan, pedagang kecil seperti saya saja keuntungannya juga sedikit. Jadi harga telur jangan sampai mahal,” tambahnya.

Berbeda dengan Sribayati, pedagang aci dan telur, Ninning terpaksa mengurangi stok telur. Tidak hanya itu, dia juga mengurangi porsi.

“Untuk harga saya sampai sekarang masih standar, tapi karena kenaikan harga telur ini saya mengurangi stok telur untuk berjualan cilor ini. Biasanya, saya bawa sekitar 5 kilogram telur sampai 7 kilogram sekarang semenjak telur naik, saya bawa stok telur hanya 3 sampai 4 kilogram saja,” tutur Ninning.

“Porsi juga sekarang saya kurangi sedikit untuk cilornya, yang penting sekarang walaupun telur naik saya tetap berjualan apa adanya,” sambungnya.

Selain pengurangan porsi cilor dan stok telur, Nining juga mengurangi porsi dari bumbu-bumbu untuk membuat cilor itu sendiri.

“Ini juga kayak bumbu balado, bumbu jagung bakar sama royco saya kurangi semua biar pengeluaran seimbang. Lalu, syukur-syukur kalau ada bumbu yang belum habis terpakai, masih bisa dipakai untuk besok berjualan,” ungkapnya. Nining menuturkan, dampak kenaikan harga telur ini membuat keuntungannya juga mengalami penurunan.

“Semenjak telur naik, modal yang saya keluarkan bahkan bisa lebih dari Rp500 ribu dan keuntungan saya hanya segitu-gitu aja di Rp800 ribu atau malah turun parah di Rp600 ribu,” ucapnya.

Walaupun harga telur ayam naik, Ninning mengklaim tidak akan menaikkan harga dagangannya. Sebab, harga yang dibandrol saat ini cukup murah

“Saya jujur tidak tega untuk menaikkan harga cilor, kasihan juga untuk anak-anak yang sering beli cilor di saya. Jadi, untuk anak-anak tidak apa-apa saya tetap rela di harga segitu, paling hanya porsi saja saya kurangi,” bebernya.

Baca juga artikel terkait HARGA TELUR AYAM NAIK atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin