tirto.id - Direktur Pelaksana Kamar Dagang AS-Indonesia (AmCham Indonesia), Lin Neumann menilai perusahaan AS banyak mengalami kesulitan berinvestasi di Indonesia. Hal ini, katanya, mengakibatkan investasi perusahaan AS di Indonesia agak melambat karena mereka menghadapi iklim regulasi yang menantang.
Menurutnya, hal ini agak aneh karena jika Indonesia mau berkompetisi dengan Vietnam, Malaysia, Thailand untuk memperebutkan sesuatu yang keluar dari Cina maka seharusnya ada upaya mempermudah investasi. Namun, yang terjadi katanya malah sebaliknya.
“Banyak perusahaan [berharap] dibuat lebih simpel dan mudah. Ini tak berarti Indonesia tidak menarik untuk investasi, tapi regulasinya menantang [challenging]. Sistem pemerintahannya berbelit-belit [complicated],” ucap Lin Neumann di sela acara US-Indonesia Investment Summit 2019 di Hotel Mandarin, Kamis (21/11/2019).
Ia mencontohkan beberapa masalah itu terkait dengan pembuatan daftar negatif investasi yang menurut mereka seharusnya diubah menjadi daftar positif. Lalu ada juga masalah terkait kewajiban perusahaan asing menggandeng partner dengan usaha lokal di Indonesia. Lin Neumann menyebut singkat, “Mereka [perusahaan AS] akan menolak.”
Menurut Lin Neumann, pada situasi seperti ini pemerintah seharusnya lebih gencar menyederhanakan regulasi dan prosedur. Lalu mereka yang mau berinvestasi juga hendaknya diberi insentif. Ia bilang hal ini yang luput dari periode pertama Presiden Joko Widodo sehingga indeks kemudahan berbisnis Indonesia atau ease of doing business (EODB) mandek.
Ia yakin bila masalah ini beres, tentu perusahaan asing akan mau berinvestasi. Hasilnya, ia yakin transfer teknologi akan terjadi dan pendidikan akan semakin baik.
“Ketika Jokowi menjabat, salah satu targetnya adalah meningkatkan peringkat EODB. Tapi kenapa mandek?” ucap Lin Neumann.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri