tirto.id - Literasi digital sangat penting diajarkan pada generasi muda karena penggunaan teknologi yang semakin berkembang saat ini. Lalu, apa yang dimaksud dengan literasi digital?
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah informasi atau pengetahuan. Sementara digital adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perangkat elektronik maupun jaringan internet.
Dengan demikian, literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengolah informasi yang didapat dari media digital.
Mengolah artinya mengevaluasi informasi secara cermat, lalu menggunakannya dengan sehat dan bijak, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain. Tentunya pemanfaatan informasi tersebut juga harus sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Jauh sebelum adanya teknologi digital, kita akan mengenal istilah literasi media. Literasi media sudah dimulai di Inggris dan Amerika akibat propaganda perang di tahun 1930-an hingga kemunculan iklan di era 1960-an.
Istilah literasi media kemudian dipopulerkan oleh Paul Gilster lewat buku Digital Literacy di tahun 1997. Paul Gilster menjelaskan bahwa literasi digital adalah kemampuan dalam memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dan dari berbagai sumber yang diakses melalui komputer.
Mengutip dari laman Unair News, ada dua aspek penting mengenai literasi digital. Pertama, berkaitan dengan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan informasi dan teknologi digital dalam banyak format. Kedua, berhubungan dengan kemampuan membuat informasi dan mengevaluasinya secara kritis.
Saat ini, khususnya di Indonesia, kemampuan mencerna dan mengevaluasi informasi digital secara kritis masih dianggap kurang. Hal inilah yang kemudian menyebabkan dampak negatif, mulai dari tersebarnya berita hoax hingga adanya hate speech.
Mengenalkan Literasi Digital pada Anak Sejak Dini
Anak-anak sebagai generasi muda perlu mendapat pemahaman tentang literasi digital. Hal ini bisa dimulai dengan mengenalkan gawai sebagai media informasi digital.
Melansir laman Paudpedia dari Kemdikbud, pengenalan gawai bisa dimulai ketika anak sudah berusia 2 tahun. Di usia 2-4 tahun, anak dibolehkan bermain game sederhana selama maksimal 1 jam sehari.
Barulah pada usia 4-7 tahun, anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dengan gawai. Tentunya harus dengan didampingi oleh orang tua dan diberi batasan waktu, misalnya maksimal 2 jam dalam sehari.
Literasi digital penting dikenalkan sejak dini kepada anak-anak agar mereka mampu memanfaatkan perangkat elektronik secara positif, misalnya untuk mendapatkan informasi. Selain itu, anak-anak juga akan memahami bahwa informasi yang didapat secara digital (gambar, teks, dll) sebenarnya memiliki makna.
Jika sudah mendapat pemahaman tentang literasi digital, maka anak-anak diharapkan mampu memanfaatkan perangkat digital sebagai media belajar dan sumber berbagai ilmu. Harapan lainnya adalah anak-anak juga bisa menggunakan perangkat elektronik sebagai media komunikasi yang efektif dan efisien.
Manfaat dan Pentingnya Literasi Digital Bagi Generasi Muda
Di era milenial seperti sekarang, media digital tak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, literasi digital sangat penting dipahami oleh generasi muda yang pastinya akrab dengan perangkat elektronik.
Berikut manfaat dan pentingnya literasi digital bagi generasi muda:
1. Menciptakan generasi yang kritis dalam menggunakan media digital
Ada banyak informasi yang tersebar di dunia digital. Informasi ini dapat dibuat dengan mudah dan bisa diakses oleh siapa saja.
Dengan pemahaman literasi digital yang baik, generasi muda bisa lebih selektif dalam menerima informasi. Hal ini dapat mencegah hal-hal negatif seperti penyebaran berita hoax yang marak terjadi belakangan ini.
2. Generasi muda bisa lebih kreatif, inovatif, dan produktif
Media digital sejatinya memiliki banyak manfaat. Literasi digital dapat membantu generasi muda untuk berpikir kreatif dan inovatif sehingga bisa lebih produktif dalam berkarya.
3. Menciptakan interaksi digital yang sehat
Literasi digital mampu menciptakan generasi muda yang lebih bijak dan cerdas. Hal ini dapat mencegah ujaran kebencian sehingga menciptakan interaksi yang lebih sehat dalam dunia digital.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dipna Videlia Putsanra