tirto.id - Dalam bahasa Arab, khuluqiyah berasal dari kata khuluq yang artinya adalah akhlak. Islam memaknai akhlak sebagai perangai dan tabiat seseorang. Akhlak menempati posisi penting dalam Islam, sebab ia merupakan salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini.
Semua perbuatan manusia didasari oleh akhlaknya. Hal ini disebabkan akhlak telah menjadi perangai yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga terwujud dalam tingkah-polahnya sehari-hari.
Sebagai misal, seseorang yang berakhlak dermawan, maka dalam tingkah laku sehari-harinya, cenderung suka berbagi dan gampang bersedekah.
Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW bertujuan untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak yang mulia merupakan jalan untuk meraih kemuliaan hidup.
Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak,” (H.R. Baihaqi).
Memperbaiki akhlak manusia membutuhkan proses panjang. Sebab, ia membutuhkan waktu seluruh kehidupan seseorang. Akhlak mulia tidak akan muncul dalam sekejap atau diturunkan dari orang tua kepada anaknya melalui genetik.
Ada pendidikan khusus yang diterapkan dalam proses pembentukan akhlak mulia, yaitu pendidikan akhlak (moral). Hal itu membutuhkan strategi dan metode belajar dari pakar pendidikan atau pengasuhan anak. Bagaimanapun juga, menempa akhlak mulia membutuhkan waktu dan konsistensi (istikamah).
Tarbiyah khuluqiyah atau pembentukan akhlak dalam Islam bersumber dari hukum Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis dari Rasulullah SAW.
Secara mendasar, Nabi Muhammad SAW merupakan contoh dan panutan seluruh umat muslim dalam konteks khuluqiyah. Hal ini tergambar dalam surah Al-Qalam ayat 4 sebagai berikut.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu [Muhammad] benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
Demikian pula dalam QS Al-Ahzab : 21 berikut ini:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Hukum Khuluqiyah dan Urutan Penerapan Nilai-nilainya
Ahmad Taufik dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (2019) menuliskan bahwa hukum khuluqiyah adalah perkara hukum yang membahas amal perbuatan manusia. Ilmu yang khusus mempelajari hukum ini disebut ilmu akhlak.
Dalam Islam, tindak-tanduk manusia merupakan bahasan penting. Sebab, tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak dan mewanti-wanti umat Islam untuk menghindari perbuatan tercela.
Dalam penerapan nilai khuluqiyah, ada prioritas yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim. Berikut ini urutan dalam pendidikan atau tarbiyah khuluqiyah dan penerapan nilai-nilainya dalam Islam.
1. Bertakwa kepada Allah
Rida Allah SWT adalah tujuan utama hidup seorang muslim untuk memperbaiki akhlak. Karena takwa kepada Allah adalah awal akhlak mulia, maka perbaikan diri dimulai dengan memperkuat keimanan kepada-Nya.
Orang yang bertakwa kepada Allah SWT menanamkan pada diri sendiri bahwa Allah SWT melihat semua amal perbuatan manusia, termasuk isi hati manusia.
2. Kewajiban terhadap Allah dan Rasul-Nya
Umat Islam berkewajiban untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Sementara itu, kewajiban kepada Rasulullah SAW adalah menjadikannya sebagai teladan dan mengikuti ajaran yang beliau bawa.
3. Kewajiban kepada Orang Tua
Orang tua adalah sebab hadirnya anak di dunia ini, sehingga menjaga akhlak kepada keduanya adalah suatu keutamaan dalam Islam.
Tidak terhitung banyaknya pengorbanan orang tua yang telah diberikan kepada anak. Budi baik itu tidak akan dapat dibayar sampai kapan pun.
4. Hak dan Kewajiban kepada Teman
Teman menjadi orang yang patut diberi akhlak mulia, karena keberadaan mereka yang dekat dengan kehidupan kita. Diantara akhlak mulia kepada teman adalah tidak menyakiti baik dalam kata maupun perbuatan.
5. Adab Menuntut Ilmu
Adab dalam menuntut ilmu adalah dengan bersungguh-sungguh dan tidak menyia-nyiakan waktu yang berharga untuk belajar.
Selain itu, seorang murid juga seyogyanya menghormati dan menghargai guru karena sudah memberikan dan mengajarkan ilmunya.
6. Adab Belajar dan Berdiskusi
Diskusi atau bertukar pikiran pun memiliki sejumlah adab yang mesti ditaati, yakni tidak memotong orang lain sedang berbicara, sopan santun, menghindari debat yang buruk, serta memahami permasalahan dengan baik, dan lainnya.
7. Keutamaan Berbuat Jujur
Jujur merupakan akhlak mulia dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bagaimanapun juga, beliau SAW adalah sosok yang tidak pernah berbohong dan bergelar Al-Amin.
8. Keutamaan Bersifat Amanah
Jadilah orang yang amanah atau bisa dipercaya. Pasalnya, amanah merupakan salah satu sifat mulia Nabi Muhammad SAW yang perlu diteladani. Sifat mulia Nabi Muhammad SAW selain amanah adalah sidik, fatonah dan tabligh.
9. Keutamaan dalam Iffah
Iffah adalah menjauhkan diri dari perkara yang haram, makruh, dan tidak baik. Diantara tanda iffah adalah kemampuan menahan diri dan hawa nafsu.
Penulis: Cicik Novita
Editor: Abdul Hadi