Menuju konten utama

Pengertian Antibodi Monoklonal, Manfaat, & Proses Pembuatan

Antibodi monoklonal sudah banyak dipakai untuk terapi infeksi virus dan berbagai patogen berbahaya. Lantas, bagaimana proses pembuatan antibodi monoklonal?

Pengertian Antibodi Monoklonal, Manfaat, & Proses Pembuatan
Ilustrasi antibodi monoklonal yang kerap dipakai dalam produksi obat Covid-19. Vaksinator bersiap untuk menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Puskesmas Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/1/2024). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

tirto.id - Penggunaan antibodi monoklonal sebagai terapi penyakit sudah banyak digunakan. Produk antibodi monoklonal sudah disetujui oleh US Food and Drugs Administration (FDA) sejak 1986.

Pemanfaatan antibodi monoklonal berkembang pesat dalam bidang terapi penyakit, termasuk pengobatan kanker, penyakit autoimun, dan infeksi virus.

Dalam konteks pengobatan Covid-19, misalnya, setidaknya sudah ada tiga jenis antibodi monoklonal yang disetujui oleh FDA, yaitu REGN-COV2 (casirivimab dan imdevimab), bamlanivimab/etesevimab, dan sotrovimab. Demikian sebagaimana dijelaskan dalam laporan asesmen dari European Medicines Agency berjudul "Bamlanivimab and etesevimab for the treatment of COVID-19" (2021)

Beberapa antibodi monoklonal juga dapat digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan lupus, dengan menargetkan komponen yang terlibat dalam respons kekebalan tubuh yang tidak normal.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan antibodi monoklonal? Artikel ini akan membahas tentang pengertian, manfaat, dan proses pembuatan antibodi monoklonal.

Pengertian Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklonal adalah antibodi yang berasal dari protein buatan laboratorium yang memiliki kemampuan sama dengan sistem kekebalan tubuh melawan patogen. Terapi antibodi monoklonal ini digunakan untuk mengikat antigen spesifik dan melawan patogen dengan cara yang sama seperti sistem kekebalan tubuh.

Sebagai misal, bamlanivimab dan etesevimab, dirancang khusus untuk menarget protein spike virus SARS-CoV-2, yang memungkinkan virus masuk ke dalam sel manusia. Dua jenis antibodi monoklonal ini bekerja dengan cara mengikat targetnya ke lokasi berbeda. Namun, pada protein spike virus, mereka akan bekerja secara bersamaan.

Terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah pemberian terapi antibodi monoklonal, seperti hipersensitivitas dan anafilaksis. Efek samping tersebut terjadi jika pemberian bamlanivimab tidak dibarengi dengan etesevimab.

Di Indonesia, izin eksklusif terapi antibodi monoklonal Reg Dan Mab dengan merek Regkirona™ kini dipegang oleh Dexa Medica (Dexa Group).

Proses produksi antibodi monoklonal

Antibodi monoklonal merupakan hasil bioteknologi di bidang kedokteran dan farmasi. Produksi antibodi monoklonal dilakukan dengan teknik penggabungan atau fusi dua jenis sel, yaitu sel limfosit B, yang memproduksi antibodi, dan sel mieloma. Untuk lebih jelasnya, berikut gambaran tentang proses produksi antibodi monoklonal.

1. Imunisasi dan pengumpulan Sel Limfosit B

Proses pembuatan antibodi monoklonal dimulai dengan imunisasi objek hewan yang sudah ditentukan untuk merangsang produksi antibodi. Setelah imunisasi, sel limfosit B diambil dari hewan. Sel limfosit B adalah sel yang menghasilkan antibodi.

2. Hibridisasi (Fusi Sel) dan Kloning

Sel limfosit B, yang sebelumnya telah diambil dari hewan, dihibridakan dengan sel mieloma melalui proses hibridisasi. Sel hibrida yang dihasilkan akan berkembang menjadi sel hibridoma yang mampu menghasilkan antibodi mirip sel limfosit B.

3. Pembuatan Antibodi Monoklonal

Sel hibridoma yang sudah terbentuk diproduksi dalam jumlah besar untuk menghasilkan antibodi yang diinginkan. Setelah itu dilakukan proses purifikasi antibodi dengan cara memisahkannya dari medium kultur sel hibridoma. Antibodi dimurnikan untuk menghilangkan kontaminan dan mendapatkan produk yang homogen.

Manfaat antibodi monoklonal

Fungsi antibodi monoklonal utamanya adalah melawan patogen berbahaya dan infeksi virus. Selain itu, ada banyak manfaat antibodi monoklonal lainnya. Simak selengkapnya berikut ini.

1. Pendeteksi Hormon Kehamilan

Antibodi monoklonal dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi hormon kehamilan, seperti human chorionic gonadotropin (hCG). hCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta selama kehamilan dan dapat diukur dalam darah atau urine sebagai indikator keberadaan kehamilan.

2. Anti Racun

Antibodi monoklonal sangat reaktif dalam mengatasi racun dalam tubuh. Setelah berikatan, mereka dapat menghalangi efek racun dari tubuh.

3. Terapi Kanker Payudara

Terapi pada penderita kanker payudara dapat dilakukan dengan memanfaatkan antibodi monoklonal. Cara kerjanya dengan mengenali dan mengikat sel kanker secara spesifik, membantu menghancurkan, dan merangsang penghancuran sel kanker.

4. Terapi Covid-19

Terapi antibodi monoklonal, termasuk Regdanvimab, telah diperkenalkan oleh US FDA untuk penggunaan darurat dalam terapi Covid-19. Antibodi monoklonal ini bekerja dengan mengikat bagian antigen virus, sehingga membantu mencegah perburukan gejala Covid-19 dan mempercepat proses pemulihan.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Ruhma Syifwatul Jinan

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ruhma Syifwatul Jinan
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Fadli Nasrudin