Menuju konten utama

Mengenal Varian COVID-19 EG.5, Gejala, dan Kecepatan Penularan

Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa varian baru COVID-19 EG.5 (Eris) sudah masuk ke Indonesia dan mendominasi jumlah kasus infeksi.

Mengenal Varian COVID-19 EG.5, Gejala, dan Kecepatan Penularan
Ilustrasi Virus. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi bahwa varian baru COVID-19 EG.5 (Eris) sudah masuk ke Indonesia. Varian EG.5 bahkan dicurigai menjadi pemicu lonjakan kasus COVID-19 di dalam negeri belakangan ini.

Seiring dengan masuknya varian baru COVID-19, masyarakat perlu mengenal apa itu varian EG.5, termasuk gejala, dan kecepatan penularannya.

Menurut Kementerian Kesehatan, situasi COVID-19 di Indonesia saat ini menunjukkan tren peningkatan kasus sejak periode 8-14 Oktober 2023. Per Desember 2023 sudah ada sekitar 6.223 kasus COVID-19 terkonfirmasi.

Kemenkes memastikan bahwa peningkatan kasus tidak diikuti dengan peningkatan rawat inap dan kematian.

Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia saat ini didominasi oleh Subvarian EG.5. Karakteristik dari subvarian ini memang lebih mudah menyebabkan peningkatan kasus dan menghindari dari kekebalan.

Kabar baiknya, walaupun subvarian ini lebih mudah menginfeksi, EG.5 ini tidak meningkatkan level keparahan penderita. Kendati demikian, masyarakat khususnya yang rentan tetap disarankan untuk melakukan upaya pencegahan dengan menerima vaksin dan menjaga jarak dari orang yang sakit.

Mengenal Varian COVID-19 EG.5 dan Kecepatan Penularan

Subvarian EG.5 adalah varian baru COVID-19 yang juga disebut sebagai Eris. Nama Eris diambil dari nama dewi perselisihan dan persengketaan Yunani.

Eris merupakan varian COVID-19 turunan Omicron. COVID-19 varian Eris saat ini mendominasi jumlah kasus infeksi di berbagai negara dunia dibandingkan varian lainnya. Saat ini tingkat kecepatan penularan Eris dinilai menjadi yang tertinggi dibanding varian lain.

Menurut Yale University, subvarian EG.5 menular lebih cepat dibanding strain sebelumnya atau subvarian Omicron yang muncul pertama kali pada November 2021. Akibat sifatnya yang cepat menular, subvarian EG.5 menjadi pemicu lonjakan kasus COVID-19 di berbagai negara.

Di Amerika Serikat (AS) varian Eris bertanggung jawab atas peningkatan kasus COVID-19 pada akhir September. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), peningkatan kasus penularan Eris yang tercatat di negara tersebut mencapai 29.4 persen.

Tingkat keparahan infeksi EG.5 memang tidak lebih buruk dari pada Delta, meskipun cepat menular. Kendati demikian ada satu sifat yang perlu diwaspadai dari varian EG.5 ini, yaitu kemampuannya menghindari kekebalan dari vaksin.

Subvarian EG.5 memiliki satu mutasi baru pada protein spike (bagian yang memudahkan virus ke dalam sel inang). Hasil mutasi ini dapat mendukung virus menghindari beberapa kekebalan yang diperoleh setelah infeksi atau vaksinasi.

Melihat fakta ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan EG.5 sebagai "variant of interest". Ini artinya negara-negara di dunia harus memantau subvarian ini secara lebih jeli dibandingkan jenis lainnya.

Mutasi dari E.G5 ini ternyata bisa membuat subvarian ini lebih cepat menular dan bisa menimbulkan dampak yang lebih parah.

Gejala COVID-19 Varian EG.5

Gejala COVID-19 EG.5 ini sebagian besar mirip dengan COVID-19 subvarian Omicron sebelumnya. Ini meliputi batuk, pilek, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan.

Dokter spesialis anak di Norton Children's Infectious Diseases Kristina K. Bryant mengatakan bahwa gejala varian EG.5 sering salah diartikan dengan alergi.

“Beberapa orang bahkan mengatakan mereka mengira mereka memiliki alergi,” katanya seperti yang dikutip dari Health. Oleh karena itu, pasien dengan gejala-gejala mirip alergi atau flu dapat melakukan rapid tes untuk mengonfirmasi apakah itu gejala alergi, flu biasa, atau COVID-19.

Selain gejala-gejala mirip flu, penderita COVID-19 mungkin juga akan mengalami gejala lainnya. Beberapa gejala COVID-19 yang sering dialami oleh para penderitanya, antara lain:

  • Demam atau menggigil
  • Batuk
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas
  • Kelelahan
  • Nyeri otot atau tubuh
  • Sakit kepala
  • Kehilangan rasa atau bau yang baru
  • Sakit tenggorokan
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Mual atau muntah
  • Diare.

Baca juga artikel terkait COVID-19 atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Iswara N Raditya & Yonada Nancy