Menuju konten utama

Pengamatan BMKG: Hujan Ekstrem Memicu Banjir di Cilacap

Sejumlah pos pengamatan BMKG mencatat adanya hujan ekstrem dengan curah lebih dari 150 milimeter.

Pengamatan BMKG: Hujan Ekstrem Memicu Banjir di Cilacap
Warga mengevakuasi barang-barang yang terendam banjir di Desa Jeruklegi Wetan, Jeruklegi, Cilacap, Jateng, Rabu (21/7/2021). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.

tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan banjir yang menggenangi sejumlah wilayah di Cilacap, Jawa Tengah, dipicu oleh hujan ekstrem pada Kamis (27/4/2023).

"Berdasarkan pengamatan kami, hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem terjadi di Kabupaten Cilacap pada Kamis malam dengan konsentrasi hujan ekstrem berada di wilayah Kota Cilacap," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, Jumat (28/4/2023).

Teguh mengatakan hal itu diketahui dari data yang terpantau di sejumlah pos pengamatan menunjukkan adanya hujan ekstrem dengan curah lebih dari 150 milimeter, yakni di Stasiun Meteorologi Tunggul tercatat 356 milimeter, Gumilir tercatat 296 milimeter, Gunung Simping 250 milimeter, dan Jeruklegi 191 milimeter.

Menurut dia, curah hujan lebat yang berkisar 50-100 milimeter terpantau di Pos Meteorologi Bandara Tunggul Wulung sebesar 91 milimeter, Kampung Laut 37 milimeter, dan Cimanggu 23 milimeter.

"Hujan sangat lebat di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap atau wilayah Kota Cilacap terjadi mulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 23.30 WIB yang disertai petir dan menyebabkan beberapa tempat terdampak banjir," jelasnya.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan jika dilihat dari data statistik, jumlah curah hujan ekstrem pada Kamis malam melampaui hujan ekstrem yang terjadi pada 7 Oktober 1992 karena saat itu tercatat sebesar 341 milimeter.

Menurut dia, dalam kondisi normal atau rata-rata curah hujan di Cilacap selama 30 tahun pada bulan April sebesar 313 milimeter dengan 23 hari hujan (normal).

"Kejadian hujan tadi malam adalah hujan ekstrem dengan total jumlah curah hujan 356 milimeter atau melampaui jumlah normalnya dan turun dalam kurun waktu kurang lebih empat jam," katanya.

Menurut Teguh, hal itu bisa dikatakan hujan yang seharusnya turun dalam rentang waktu sebulan namun turun hanya dalam waktu kurang lebih empat jam saja. Kondisi itu membuat banyak genangan air yang terjadi di Kota Cilacap dan sekitarnya.

Teguh mengatakan dari pantauan beberapa parameter cuaca bahwa data kelembapan berkisar antara 70-100 persen di sekitar lokasi yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan meningkat dan Indeks Labilitas yang cenderung labil di wilayah Jateng, sehingga meningkatkan aktifitas pertumbuhan awan konvektif yang mengakibatkan hujan sedang hingga ekstrem di sekitar lokasi.

"Jadi, hujan ekstrem yang terjadi tadi malam dipicu oleh faktor lokal saja, karena adanya awan Cb (Cumulonimbus) akibat pemanasan yang intens pada siang hari," jelasnya.

Teguh mengatakan berdasarkan peta sebaran curah hujan di wilayah Jateng pada hari Jumat (28/4/2023), hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang kadang disertai petir terutama pada malam dan pagi hari.

Menurut dia, pola angin dominan bergerak dari arah timur hingga tenggara dengan kecepatan antara 5-30 kilometer per jam, suhu udara berkisar 25-32 derajat Celcius, dan kelembapan udara berkisar 70-97 persen.

Dalam keterangan terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Wijonardi mengatakan hujan lebat yang terjadi pada Kamis malam mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Kota Cilacap. Tinggi genangan di beberapa lokasi mencapai dada orang dewasa atau sekitar 70 centimeter.

"Genangan banjir telah surut sejak Jumat (28/4/2023) dini hari. Saat ini kami masih melakukan asesmen terhadap dampak banjir tersebut," kata Wijonardi.

Baca juga artikel terkait BANJIR JATENG

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan