tirto.id - Pengacara petinggi Front Pembela Islam Rizieq Shihab, Sugito Atmo Prawiro mengklaim insiden penangkapan Rizieq Shihab oleh kepolisian Arab Saudi sudah direncanakan.
"Kuat dugaan ini ada operasi dari kelompok kuat yang memang sengaja ingin memojokkan," kata pengacara Rizieq, Sugito Atmo Prawiro kepada Tirto, Kamis (8/11/22018).
Sugito mengaku sudah mendapat kronologi utuh dari staf Rizieq. Dari keterangan staf, ia menyebut ada sejumlah kejanggalan dalam insiden penangkapan Rizieq oleh otoritas Arab Saudi.
Pertama, bendera yang diduga sebagai bendera tauhid atau gerakan ekstrimis itu dipasang di sisi selatan rumah Rizieq. Padahal, rumah petinggi FPI itu menghadap sisi utara. Sisi selatan rumah itu ada CCTV. Akan tetapi, CCTV itu hilang beberapa hari sebelum kejadian. Selain itu, bendera tauhid yang diduga mengarah gerakan ekstrimis itu hilang pada saat sore hari.
Kemudian, sisi selatan rumah merupakan tempat terbuka karena dekat dengan lapangan futsal. Di sekeliling lapangan futsal, banyak rumah-rumah bertingkat 4-5 lantai. Diduga, salah satu kediaman digunakan sebagai lokasi untuk memfoto Rizieq saat dibawa oleh kepolisian. Foto tersebut kemudian diviralkan di media Indonesia. Selain foto Rizieq dibawa polisi, beredar pula foto Rizieq bersama Ismail Yusanto, mantan Jubir Hizbut Tahrir indonesia (HTI).
Ia menyebut, isu Rizieq ditangkap kepolisian akibat bendera tauhid hanya ada di Indonesia. Berita tersebut tidak ramai di dunia maya Arab Saudi.
"Pada saat dicek di pemberitaan media sosial Saudi atau Google Timur Tengah enggak ada berita ini. Berita ini hanya heboh di indonesia," kata Sugito.
Sugito menduga, aksi penangkapan Rizieq masih berhubungan dengan pencekalan Rizieq ke Malaysia. Ia menyebut, kelompok ini menolak Rizieq kembali ke Indonesia demi membuat Ketua Dewan Pembina GNPF-U itu diam di Mekkah. Ia menduga, aksi ini sebagai upaya untuk membuat Rizieq tidak terlibat Pilpres 2019, apalagi jelang ulang tahun aksi 212. Namun, Sugito enggan menjelaskan kelompok mana yang dimaksud dalam pernyataannya.
"Nanti menjelang 212 reuni saya duga ada masalah lain lagi yang nanti dikondisikan atau diciptakan dan itu posisinya untuk memojokkan HRS. Saya khawatir itu akan terjadi dan jangan-jangan ini lebih fatal," kata Sugito.
Editor: Maya Saputri