tirto.id - Jumlah sineas perempuan yang bekerja di belakang layar perfilman di Hollywood meningkat pada tahun 2019, dibanding tahun 2018.
Dilansir dari Los Angeles Times, penelitian yang dilakukan oleh Celluloid Ceiling mencatat bahwa ada 20 persen perempuan yang bekerja sebagai sutradara, penulis, produser, produser eksekutif, editor, dan sinematografer.
Angka tersebut didapatkan dari 100 film teratas dan 250 film terlaris dalam negeri, seperti penelitian yang dilakukan oleh Center for the Study of Women in Television & Film di San Diego State University.
Sementara itu, pada tahun 2018, persentase perempuan yang bekerja di industri Hollywood sebesar 16 persen.
Beberapa film terkenal tahun lalu yang dikerjakan oleh banyak perempuan seperti The Sun Is Also a Star, dengan sutradara, penulis, sinematografer dan komposer perempuan (juga memiliki produser perempuan dan laki-laki). Ada pula Captain Marvel (sutradara perempuan, penulis perempuan dan laki-laki, produser eksekutif dan komposer perempuan) dan Little (sutradara, penulis, produser eksekutif dan menggunakan komposer perempuan).
Tahun 2020, ada beberapa film garapan sutradara perempuan yang sepertinya banyak ditunggu seperti Wonder Woman 1984 dan Marvel Black Widow.
Martha Lauzen, penulis studi dan direktur eksekutif pusat menyatakan walaupun terjadi peningkatan, namun ada perbandingan yang semakin meningkat yaitu empat laki-laki dibanding satu perempuan.
Apabila cakupan jumlah film ditambah menjadi 500, presentase perempuan yang bekerja di belakang layar masih stagnan pada angka 23 persen. Dari 500 film tersebut, hanya ada sekitar 14 persen sutradara perempuan, turun satu poin dari 2018.
Dilansir dari Deadline, berikut hasil lengkap dari penelitian berjudul The Celluloid Ceiling: Behind-the-Scenes Employment of Women on the Top 100, 250, and 500 Films of 2019 tersebut.
Perempuan menyumbang 12 persen dari sutradara yang mengerjakan 100 film terlaris yang dirilis pada 2019 (rekor tertinggi dengan kenaikan 4 persen dari tahun 2018, dan 8 persen dari tahun 2017).
Sebesar 13 persen perempuan menyutradarai dari 250 film top tahun lalu, sementara untuk tahun 2018 sebesar 8 persen dan 11 persen pada 2017. Persentase sutradara perempuan dari 500 film teratas sedikit menurun dari 15 persen tahun 2018 menjadi 14 persen tahun 2019.
Dalam penulisan naskah, ada 20 persen perempuan yang mengerjakan 100 film teratas pada 2019 (meningkat 5 poin dari tahun 2018 dengan 15 persen).
Perempuan juga menyumbang 27 persen dari produser, 23 persen editor, 23 persen desainer produksi, 21 persen produser eksekutif, dan 19 persen penulis bekerja di 250 film teratas.
Namun angka yang cukup rendah berada dalam bagian the supervising sound editors sebesar 9 persen; the composers sebesar 6 persen, the visual effects supervisors 6 persen, cinematographers 5 persen, dan special effects supervisors serta sound designers sebesar 4 persen. Perempuan paling dekat dengan presentase laki-laki sebagai music supervisors (40 persen) and art directors (31 persen).
Laporan tersebut juga menemukan bahwa film dengan sutradara perempuan jauh lebih mungkin untuk mempekerjakan perempuan dalam peran kunci daripada film yang disutradarai secara eksklusif oleh laki-laki.
Dari 500 film terlaris tahun lalu, 59 persen dari yang disutradarai oleh perempuan mempekerjakan penulis perempuan, sedangkan pada film dengan sutradara eksklusif laki-laki, perempuan hanya menyumbang 13 persen dari penulis mereka.
Pada film dengan setidaknya satu sutradara perempuan, 43 persen terdiri dari editor perempuan. Namun pada film dengan sutradara eksklusif laki-laki, perempuan hanya menyumbang 19 persen sebagai editor.
Pada film dengan setidaknya satu sutradara perempuan, ada 21 persen perempuan bekerja sebagai sinematografer, sedangkan pada mereka yang memiliki sutradara eksklusif laki-laki, perempuan hanya menyumbang 2 persen sinematografer.
Dan pada film-film dengan setidaknya satu sutradara perempuan, ada 16 persen perempuan sebagai komposer, tetapi hanya 6 persen pada film dengan sutradara eksklusif laki-laki.
Laporan itu juga menemukan bahwa dari 250 film terlaris 2019, 85 persen tidak memiliki sutradara perempuan, 73 persen tidak memiliki penulis perempuan, 44 persen tidak memiliki produser eksekutif perempuan, 31 persen tidak memiliki produser perempuan, 71 persen tidak memiliki editor perempuan, dan 95 persen tidak memiliki sinematografer perempuan, dengan 31 persen tidak ada kontribusi perempuan atau hanya satu perempuan yang bekerja dalam produksi tersebut.
Celluloid Ceiling telah melacak pekerjaan perempuan pada film-film terlaris sejak 1998, memantau lebih dari 6.700 kredit tahun ini.
Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Yulaika Ramadhani