Menuju konten utama

Penelitian: Indra Penciuman yang Buruk Terkait dengan Demensia

Memiliki indra penciuman yang burut dikaitkan dengan risiko demensia dan parkinson.

Penelitian: Indra Penciuman yang Buruk Terkait dengan Demensia
Ilustrasi demensia. Getty Images/iStockphoto 

tirto.id - Sebuah studi baru-baru ini yang mencakup data dari lebih dari 2.000 orang dewasa yang lebih tua menemukan hubungan antara indra penciuman yang buruk dan peningkatan risiko demensia.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Annals of Internal Medicine ini mempelajari sekelompok 2.289 orang dewasa berusia 71-82 tahun.

Dalam penelitian, mulanya masing-masing peserta diminta menyelesaikan Tes Identifikasi Bau Singkat (BSIT) di mana para ilmuwan menyajikan 12 bau umum dan meminta mereka untuk mengidentifikasi setiap bau dari daftar empat pilihan.

Dari data dari BSIT ini, peneliti mendefinisikan dan membagi indera penciuman masing-masing peserta sebagai baik, sedang, atau buruk.

Tim peneliti kemudian memantau para peserta selama 13 tahun. Sepanjang penelitian, sebanyak 1.211 peserta meninggal dunia. Para peneliti dari Michigan State University ini menemukan bahwa penciuman yang buruk lebih umum di kalangan laki-laki, orang kulit hitam, dan orang yang minum lebih banyak alkohol atau merokok.

Indera penciuman yang buruk memiliki hubungan yang kuat dengan demensia, parkinson, dan penyakit ginjal kronis serta adanya hubungan dengan gejala depresi. Namun, itu tidak berkorelasi dengan kanker, hipertensi, atau diabetes.

Para ilmuwan menunjukkan bahwa mereka yang termasuk dalam kelompok dengan indra penciuman yang buruk memiliki risiko kematian 46 persen lebih tinggi selama 10 tahun.

Individu yang oleh peneliti dianggap memiliki penciuman sedang juga memiliki risiko kematian yang meningkat, yaitu peningkatan 17 persen pada tahun 10 dan peningkatan 11 persen pada tahun 13. Namun, hasil ini tidak signifikan secara statistik.

Indera penciuman yang berkurang dapat memprediksi timbulnya beberapa kondisi neurodegeneratif, seperti demensia dan Parkinson.

Meskipun para peneliti memprediksi kedua penyakit tersebut hanya berkisar di angka 22 persen untuk peningkatan risiko kematian selama 10 tahun. Begitu juga dengan penurunan berat badan akibat tidak enak makan, hanya 6 persen dari peningkatan risiko pada 10 tahun.

Sebelumnya, dilansir Medical News Today, dua penelitian lain menemukan bahwa hampir seperempat orang berusia 53-97 tahun mengalami gangguan penciuman, tetapi mereka tidak menyadari itu. Oleh karena itu penelitian tentang hubungan penciuman dan kematian perlu ditindak lanjuti melalui penelitian selanjutnya.

Baca juga artikel terkait PARKINSON atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Yantina Debora