Menuju konten utama

Peneliti Sebut Kualitas Udara Jakarta Lebih Buruk saat Malam Hari

Ketika temperatur sudah turun dan jarang ada kegiatan memproduksi polutan di malam hari, maka polutan akhirnya turun kembali ke daratan, sehingga kualitas udara di malam hari akan semakin buruk.

Peneliti Sebut Kualitas Udara Jakarta Lebih Buruk saat Malam Hari
Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Senin (8/7/2019). Berdasarkan data "Air Quality Index" pada Senin (8/7/2019) tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 154 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

tirto.id - Peneliti lingkungan sekaligus Direktur Koalisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, menilai bahwa kualitas udara di Jakarta lebih buruk saat malam hari dari pada saat siang hari.

Hal tersebut, kata pria yang akrab disapa Puput, dikarenakan polutan udara kotor dari knalpot dan cerobong pabrik yang sedari pagi hingga sore terbang ke atas, ketika malam hari kembali ke bawah dan berada di sekitar masyarakat.

Hal tersebut yang membuat keadaan kualitas udara di malam hari jauh lebih buruk, kata Puput.

"Jadi begitu ada kegiatan di pagi hari, [polutan] keluar dari knalpot, cerobong pabrik, dengan temperatur udara yang meningkat, ini ada kecenderungan naik. Mereka naik ke atas, ke atmosfer, kemudian di malam hari mereka akan turun lagi," kata Puput saat diskusi bersama para wartawan terkait kualitas udara yang buruk di kantor KPBB, Sarinah, Rabu (24/7/2019) sore.

Ketika temperatur sudah turun dan jarang ada kegiatan memproduksi polutan di malam hari, maka kata Puput, polutan akhirnya turun kembali ke daratan.

"Nah sesungguhnya di situ kalau dalam konteks dari berbagai hasil pemantauan, baik yang dilakukan Pemda DKI Jakarta atau Kementerian LHK, atau Kedutaan Amerika Serikat, itu sama, hasilnya di malam hari memang tinggi," katanya.

Sehingga, Puput menepis jika ada anggapan bahwa malam hari kualitas udara jauh lebih aman dan lebih sehat. Puput menilai justru polutan yang terkumpul akibat aktifitas di pagi dan siang hari, posisinya ada di sekitar warga ketika malam hari.

"Kalau siang hari justru polutan itu jauh, ketinggiannya sekitar 2,5 sampai tiga kilometer dari sisi permukaan tanah. Kalau siang itu lebih relatif aman polutan tadi. Kalau malam hari justru mereka datang," tambahnya.

Pada 2013 KPBB pernah melakukan penelitian bersama peneliti lingkungan asal India dan Amerika Serikat. Hasilnya, kata Puput, polutan yang diproduksi dari berbagai sektor akan naik ke atas langit sejauh 2,5 sampai tiga kilometer di atas permukaan tanah. Fenomena tersebut berlangsung pada pukul 13.00 sampai 15.00.

"Nanti jam 17.00 WIB, akan turun lagi. Pas malam hari itu ada di sekitar kita lagi. Rekomendasi dari dua dokter tersebut menyampaikan kalau jogging jangan malam hari. Jangan pagi. Jangan sore. Tapi jogginglah dari jam satu sampai jam tiga siang. Itu udaranya paling bagus. Jadi memang naik turun," katanya.

Baca juga artikel terkait POLUSI UDARA atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Nur Hidayah Perwitasari