tirto.id - Ahad (21/7/2019) lalu, seorang warganet di Twitter bernama Agus Saptono mengunggah tangkapan layar data-data pantauan dari aplikasi AirVisual. Di sana terlihat kualitas udara Jakarta yang semakin buruk pada malam hari. Ia lantas menyebut dugaan penyebabnya.
"Jam 22.00, jam 20.00, dan jam 19.00. Terlihat semakin malam udara semakin beracun. Saya kok curiga ada industri yang bekerja di malam hari, agar tidak ketahuan kalau emisi gasnya meracuni udara. Bagaimana kementerian @KementerianLHK?," tulis Agus.
Esoknya, Senin (22/7/2019) pukul 8 pagi, Agus kembali memantau kualitas udara Jakarta menggunakan aplikasi yang sama. Udara masih jelek, katanya, "tapi lebih baik dibandingkan udara malam."
Pada hari yang sama pukul 22.00, ia mengunggah lagi pantauan AirVisual dan hasilnya kualitas udara lagi-lagi memburuk. Kualitas udara makin buruk pada Selasa (23/7/2019) pukul 02.00 WIB. Namun jelang 05.00 hingga 11.00, kualitas udara sedikit membaik meski penduduk tetap disarankan pakai masker.
Unggahan Agus mengundang pertanyaan: mengapa itu bisa terjadi? Benarkan ada industri-industri yang justru aktif di malam hari?
Perlu Ditindak
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan apa yang diunggah Agus selaras dengan data resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
"Data KLHK sendiri pun sering demikian. Justru meningkat PM 2.5-nya sejak jam 00.00," kata Bondan kepada reporter Tirto, Rabu (24/7/2019).
Namun Bondan enggan menebak-nebak penyebabnya. Menurutnya perlu ada kajian untuk mengetahui apa betul kualitas udara memburuk pada malam hari karena aktivitas industri.
"Kami sendiri [Greenpeace] belum ada studi khusus mengenai itu. Tapi polanya memang begitu," kata Bondan.
Hal serupa disampaikan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta, Soleh Ahmadi. Dia lantas mendesak Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Kementerian LHK RI untuk melakukan penelitian terkait.
"Pemerintah harus segera melakukan pemantauan langsung ke lapangan. Karena ini memang kewajiban mereka," ujar Soleh kepada reporter Tirto.
Dua Sebab
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih, membenarkan kalau kualitas udara di Jakarta memburuk di malam hari. Sebabnya tak hanya satu, katanya.
Salah satunya adalah pengerjaan proyek-proyek infrastruktur yang memang lebih banyak dilakukan pada malam hari agar tak mengganggu lalu lintas. Untuk menyebut beberapa saja, ada revitalisasi trotoar, pembangunan LRT, dan Jalan Tol Becakayu.
Untuk penyebab ini Andono mengaku telah meminta pelaksana proyek agar secara rutin menyiramkan air. "Agar debu yang beterbangan tidak terlampau tinggi," katanya kepada reporter Tirto.
Penyebab lain adalah kepadatan lalu lintas di jalan arteri dan tol saat arus pulang kantor. "Pukul 21-23 jalan tol dan arteri Jakarta masih padat kendaraan," katanya. Sisa gas buang masih terus ada di udara hingga berjam-jam kemudian.
"Faktor angin juga dapat mengarahkan polutan ke Jakarta," pungkasnya, menyebut penyebab terakhir. Andono tidak menyinggung sama sekali soal aktivitas industri.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Gilang Ramadhan