tirto.id - Peneliti politik Islam LIPI Wasisto Raharjo Jati menilai langkah Capres 01 Joko Widodo mendatangi KH Mainmun Zubair, atau yang akrab disebut Mbah Moen, belum tentu menaikkan suara secara signifikan.
"Jika bicara menaikkan suara, bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Karena kontrol urusan politik sebenarnya bukan urusan ulama. Walaupun, bagi kalangan santri dan tradisionalis, suara ulama bisa menjadi fatwa yang tidak bisa ditolak," katanya via pesan tertulis pada wartawan Tirto, Minggu (3/1/2019).
Namun hal yang perlu diingat, kata Wasisto, ulama dikatakan bebas memberikan restu bagi siapa pun kandidatnya, mengingat pada dasarnya ulama hanya simbol teologis yang bersifat kultural. Itu artinya tidak mesti mengikat preferensi pemilih secara absolut.
Di sisi lain, lanjut Wasisto, jika para kandidat ingin mendapat dukungan ulama secara utuh, mereka perlu mengimbangi diri dengan persuasif lewat umat. Wasisto menilai, hal tersebut tidak dilakukan oleh Prabowo dan Jokowi.
"Karena Prabowo saat itu silaturahmi kepada beberapa ulama besar tidak begitu intens seperti halnya Jokowi sehingga kurang mendapatkan respek dari umat," katanya.
"Berarti bahasa kasarnya: datang ke ulama hanya karena saat butuh 'dongkrakan elektabilitas'," tambahnya.
Kendati demikian, Wasisto menilai Jokowi tetap melakukan hal tersebut sebagai strategi politik guna mengamankan dan mensolidkan suara ulama dan santri di level akar rumput, meski tak signifikan.
Video ulama karismatik KH Maimun Zubair saat membaca doa di akhir acara “Sarang Berdzikir untuk Indonesia Maju” pada Jumat, 1 Februari 2019 viral di media sosial. Pemantiknya, Mbah Moen saat berdoa salah sebut nama Joko Widodo menjadi Prabowo Subianto.
Peristiwa ini terjadi ketika Presiden Jokowi menghadiri acara “Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju” di Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah, Jumat kemarin. Dalam video itu, Jokowi yang duduk di samping Mbah Maimun tetap menundukkan kepala sambil mengangkat kedua tangannya.
“Ya Allah, hadza ar rois, hadza rois, Pak Prabowo ij'al ya ilahana,” demikian potongan doa pengasuh pesantren Al-Anwar Sarang itu yang viral di media sosial.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Dipna Videlia Putsanra