tirto.id - Setelah gerakan #2019GantiPresiden, kini muncul gerakan #2019PrabowoPresiden yang diinisiasi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Kedua hestek itu meski tak bisa disatukan, akan tetapi memiliki visi yang sama: menumbangkan Jokowi sebagai presiden melalui Pemilu 2019.
"Kami akan mengajak semua yang satu visi," kata Dasco kepada reporter Tirto, Jumat (7/9/2018).
Anggota tagar #2019PrabowoPresiden terdiri dari para politikus Partai Gerindra dan aktivis. Beberapa di antaranya ialah Haris Rusli Moti, Ricky Tamba, Siane Indriyani, Mirah Sumirat, Habiburokhman, Salamudin Daeng, dan Siane Indriani. Gerakan itu mulai dideklarasikan pada 7 September 2018, di Lampung.
"Kalau saya mau jelas saja. Presidennya ya Prabowo," kata Dasco.
Pada sisi lain, tagar baru yang diinisiasi kelompok Dacso itu muncul setelah gerakan tagar #2019GantiPresiden yang diinisiasi politikus PKS Mardani Ali Sera sudah berulangkali ditolak di berbagai daerah. Pada Sabtu (25/8/2018), Neno Warisman ditolak mendeklarasikan #2019GantiPresiden di Pekanbaru, Riau. Sebulan sebelumnya pada Sabtu (28/7/2018), Neno dilarang keluar Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau.
Begitu juga dengan Ahmad Dhani yang menggelar kegiatan #2019GantiPresiden pada hari Minggu (26/8/2018) di Surabaya, juga ditolak massa. Dhani juga pernah ditolak kampanyekan gerakan #2019GantiPresiden di Serang, Banten. Pihak yang menolaknya adalah keluarga besar keturunan Sultan Maulana Yusuf. Mereka menolak karena acara diselenggarakan di halaman parkir pemakanan sultan.
Tak Harus Prabowo yang Jadi Presiden
Keinginan Dasco menggiring kelompok Mardani untuk gabung dengan pihaknya, bertepuk sebelah tangan. Juru Bicara (Jubir) Presidium Gerakan #2019GantiPresiden, Mustofa Nahrawardaya menyatakan dengan tegas, pihaknya tidak akan bergabung dengan gerakan yang diinisiasi Dasco tersebut.
"Kami sudah sepakat presidium 2019 ganti presiden itu akan terus menggunakan tagar ini sampai nanti presiden baru dilantik. Jadi tidak akan bergabung," kata Mustofa kepada reporter Tirto.
Keputusan tersebut, kata Mustofa, sesuai dengan hasil rapat presidium #2019GantiPresiden di Hotel Sofyan, Jakarta Pusat, beberapa bulan lalu. Dalam pertemuan itu dihasilkan kesepakatan bahwa gerakan #2019GantiPresiden, tidak memiliki hubungan dengan kandidat tertentu di Pilpres 2019, baik Prabowo-Sandiaga maupun Jokowi-Ma'ruf Amin.
Meskipun menurutnya, di dalam #2019GantiPresiden terdapat sejumlah tokoh parpol yang sikap politiknya mengusung Prabowo-Sandiaga. Mustofa sendiri kader PAN dan Mardani dari PKS.
"Karena tagar ini pada intinya lebih keras ya. Kalau Prabowo dan Sandi itu kan terjadi karena berbagai deal ya. Sedangkan tagar ini tidak ada deal sama sekali dengan partai-partai," tuturnya.
Dengan tegas Mustofa memastikan, tak akan menggiring siapapun untuk mendukung tagar #2019PrabowoPresiden yang diinisiasi Dasco. Kalau ada anggota presidium yang menyatakan bergabung dengan gerakan yang diinisiasi Dasco, menurutnya secara otomatis keluar dari kelompok #2019GantiPresiden.
"Jadi tagar ini berdiri sendiri. Tagar ini lebih besar dari tagar miliknya Pak Jokowi, maupun miliknya Pak Prabowo. Jadi lebih besar karena kami berdiri lebih dulu," tegasnya.
Mustofa berujar, tagar #2019GantiPresiden bisa menjadi permanen. Jika presiden yang terpilih dalam Pilpres 2019 tak sesuai harapan, maka tagar itu akan dimunculkan kembali.
Menanggapi hal ini, Anggota Presidium gerakan #2019PrabowoPresiden, Habiburokhman menyatakan tidak menganggap ada perpecahan. Sebab menurutnya, kedua tagar itu akan bergerak beriringan dan memiliki lawan politik yang sama.
"Kalau bagi kami yang penting satu barisan tidak ingin Pak Jokowi dua periode," kata Habiburokhman kepada reporter Tirto.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana