tirto.id - Pemuda Adat Papua meminta Tommy Soeharto tidak memakai sentimen adat di Papua untuk berebut suara dalam Pemilihan Umum 2019.
"Kami minta Tommy jangan membawa adat untuk kepentingan politik. Ini tidak relevan. Tidak ada kaitan antara politik atau parpol dan adat,” kata Sekretaris Umum Pemuda Adat Papua, Yan Chistian Arebo dalam keterangan persnya di Jayapura, Selasa (5/3/2019), seperti diberitakan Jubi.com.
Tommy Soeharto adalah salah satu calon anggota legislatif yang sedang bertarung memperebutkan 10 kursi DPR RI di daerah pemilihan Papua. Pada 5 Maret 2019, terpidana kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita itu akan berkunjung ke Merauke.
Pada 6 Maret 2019, calon anggota legislatif dari Partai Berkarya akan mengunjungi Kabupaten Jayawijaya.
Tommy direncanakan akan meresmikan kantor Lembaga Masyarakat Adat (LMA) di kedua kabupaten itu. Akan tetapi, rencana Tommy meresmikan dua Kantor LMA itu menuai protes warga.
Pemuda Adat Papua juga menolak kunjungan Tommy Soeharto ke Papua terutama terkait acara peresmian lembaga adat di Papua yang berpengaruh pada pencalonan Tommy sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Papua.
Pemuda Adat Papua menilai strategi politik Tommy Soeharto memakai simbol LMA untuk mendulang suara berpotensi menimbulkan perselisihan di kalangan masyarakat adat. Arebo mempersilakan Tommy memberikan bantuan kepada masyarakat adat Papua, akan tetapi bantuan bagi masyarakat adat jangan dikemas dalam kepentingan politik.
“Kalau datang sebagai ketua parpol, Tommy harusnya meresmikan kantor parpol bukan kantor LMA, kan tidak ada korelasinya. Jangan karena punya uang, Tommy mau bikin sesuka hati di Papua,” ujar Arebo.
Koordinator Pemuda Adat Wilayah Adat Lapago, Izak Wetipo dan pendiri Pemuda Adat Papua Natan Ansanay mengatakan seharusnya Tommy sadar bahwa menggiring masalah adat ke ranah politik bisa memecah-belah masyarakat adat di Papua. “Tommy mestinya tahu tidak boleh membawa-bawa adat ke ranah politik,” kata Ansanay.
Editor: Agung DH