tirto.id - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sejumlah pemicu kenaikan angka kematian karena COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir. Selain keparahan meningkat karena varian delta, dia mengatakan sejumlah pasien COVID-19 terlambat dibawa ke rumah sakit.
“Banyak yang tidak mau isolasi terpusat jadi banyak yang terlambat ke fasilitas layanan kesehatan,” kata Nadia kepada reporter Tirto, Rabu (28/7/2021) malam.
Selain itu, meluasnya varian delta COVID-19 yang sudah ditemukan di 22 provinsi di Indonesia per 27 Juli 2021 juga turut memengaruhi kenaikan angka kematian.
“Iya [varian delta] kan meningkatkan tingkat keparahan jadi yang isoman cepat perburukannya makannya harus isolasi terpusat,” ujar Nadia.
Faktor lain yang juga mempengaruhi naiknya angka kematian kata nadia adalah teknis pelaporan data. Sebab ada pelaporan data yang menumpuk pada satu hari tertentu yang merupakan kasus kematian pada hari sebelumnya.
“Ada beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah yang lapornya bukan kasus di hari yang sama,” kata Nadia yang juga menjabat Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes.
Diketahui pada 27 Juli 2021 angka kematian karena COVID-19 untuk pertama kalinya mencapai yang tertinggi sepanjang pandemi yakni 2.069. Provinsi dengan angka kematian tertinggi adalah Jawa Tengah yakni 417 kematian.
Pada 28 Juli 2021 angka kematian sedikit menurun namun masih tetap tinggi yakni 1.824 kasus kematian, dimana daerah penyumbang angka kematian tertinggi adalah Jawa Timur 401 dan Jawa Tengah 398.
Nadia mengungkapkan dalam sepekan terakhir terjadi penurunan kasus sebesar 17 persen, namun angka kematian meningkat 36 persen.
Sementara untuk penggunaan tempat tidur rumah sakit rujukan COVID-19 kata dia mengalami penurunan.
“Untuk penggunaan tempat tidur secara keseluruhan mengalami penurunan sejalan dengan upaya penambahan kapasitas rumah sakit dan tempat isolasi di berbagai daerah,” kata Nadia.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Gilang Ramadhan