Menuju konten utama

Pemerintah Prioritaskan 3 Hal untuk Tingkatkan Rasio Elektrifikasi

Hendra menyarankan untuk menggunakan batu bara sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk mencapai target rasio elektrifikasi yang ditetapkan pemerintah.

Pemerintah Prioritaskan 3 Hal untuk Tingkatkan Rasio Elektrifikasi
Petugas PLN memindahkan jaringan listrik rumah tangga di Desa Karangasem, Demak, Jawa Tengah, Senin (28/8). ANTARA FOTO/Aji Styawan.

tirto.id - Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 97,5 persen dan mencapai 99,9 persen pada 2019. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang telah mendapat akses listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy Noorsaman Sommeng pihaknya akan memprioritaskan sektor listrik di masa depan. Menurut dia, ada 3 faktor yang membuat listrik menjadi prioritas.

Pertama, elektrifikasi listrik yang menggerakkan ekonomi. Kedua, perkembangan digitalisasi yang membuat setiap orang memperoleh harga efisien. Ketiga adalah desentralisasi.

Andy menjelaskan, pembangunan sumber listrik juga harus memenuhi tiga hal, yakni kapasitas (capacity), keterjangkauan (affordability), dan keberlanjutan (sustainable).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menyarankan untuk menggunakan batu bara sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk mencapai target rasio elektrifikasi yang ditetapkan pemerintah.

Hendra menyatakan, rencana produksi batu bara tahun ini sebesar 485 juta ton. Sementara, kebutuhan dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) hanya 121 juta ton. "Batu bara yang paling cepat, karenanya ini jadi driver untuk mendorong keekonomian," ujar Hendra di Jakarta, Selasa (6/3/2018).

Namun, menurut dia, harga batu bara sulit diprediksi karena dapat berfluktuasi setiap bulannya. "Pada Februari-Maret 2016 harga masih USD 50 per ton. Kemudian di bulan 10-11 harga dua kali lipat di luar kendali kita," ujar Hendra.

Salah satu penyebabnya adalah kebijakan harga batu bara di Cina dan pengaruh cuaca di Australia sehingga menyebabkan harga menjadi tinggi. Hal itu menjadi kendala untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Meski menjadi kendala bagi PLN, namun kenaikkan harga batu bara memberi keuntungan bagi pelaku usaha. "Ini jadi kendala di PLN. Tapi, buat pengusaha, kita baru setahun dapat berkah harga," ungkapnya.

Hendra mengatakan, pemerintah masih harus menunggu beberapa tahun lagi untuk bergantung pada batu bara guna memenuhi target rasio elektrifikasi dengan pembangunan PLTU.

"Bagaimana dalam mencapai rasio elektrifikasi ini? Ini berhubungan dengan harga, sangat terkait dengan pemanfaatan cadangan batu bara kita. Tentunya kita paham sekali ke depan, masa depannya ada di EBT (Energi Baru Terbarukan). Tapi, beberapa puluh tahun ke depan adalah batu bara," kata Hendra menerangkan.

Baca juga artikel terkait LISTIK atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto