tirto.id - Wakil Ketua Masyarakat Transpotasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno meminta pemerintah mewaspadai potensi kecelakaan angkutan laut selama mudik Lebaran 2019.
Menurut Djoko, angka kecelakaan di moda angkutan ini masih relatif tak kalah tinggi dibandingkan di darat.
Djoko menambahkan, saat ini perhatian terhadap transportasi laut menjadi semakin penting. Sebabnya ia memprediksi adanya sejumlah peralihan penumpang angkutan udara ke laut dari pengaruh harga tiket pesawat yang mahal.
Hal ini pun sejalan dengan data BPS per 1 April 2019 bahwa tercatat peningkatan jumlah penumpang angkutan laut pada Februari 2019 secara year on year (yoy). Dari semula 1,53 juta orang selama 2018 menjadi 1,66 juta orang selama 2019.
Data jumlah penumpang ini relatif berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang mengalami penurunan maupun kenaikan cukup landai.
"Keselamatan di angkutan laut masih harus perlu ditingkatkan. Pasalnya, angkutan laut adalah moda yang paling sering terjadi kecelakaan transportasi, selain angkutan darat walaupun tidak menimbulkan korban yang cukup besar," ucap Djoko saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (27/5/2019).
Djoko mengatakan pada lebaran 2019 ini fenomena tiket pesawat memang diprediksi akan menambah calon pemudik angkutan laut. Ia menambahkan hal ini perlu direspons dengan penambahan kapasitas angkutan laut yang beroperasi.
Ia mencontohkan daerah seperti Kalimantan akan cukup banyak menggunakan angkutan laut untuk mudik ke pulau Jawa.
Sejumlah perantau yang berasal dari Kalimantan katanya diperkirakan paling banyak menggunakan kapal laut menuju Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang dan Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya.
"Tahun ini kebutuhan akan kapal laut bisa lebih melonjak tajam untuk rute tertentu," ucap Djoko.
Kendati demikian, antisipasi kenaikan jumlah pemudik saja tidak cukup. Ia juga mengingatkan agar pemerintah tetap memperhatikan aspek keselamatan.
Djoko mengkhawatirkan bila pemerintah tak berbuat banyak mengenai perbaikan layanan angkutan laut maka potensi kecelakaan akan tetap tinggi. Misalnya ketersediaan instrumen navigasi, pelampung, sekoci, hingga manifes penumpang yang masih ada ketidaksesuaian harus mulai dibenahi.
Hal ini sejalan dengan temuan Kemenhub. Sejak 2013 hingga 2017, Statistik Perhubungan mencatat 85 dari 162 kecelakaan pelayaran di Indonesia karena ulah manusia. Jumlah itu mengindikasikan 52 persen kecelakaan pelayaran terjadi karena pelanggaran oleh manusia.
"Ketika menjadi pilihan angkutan mudik dan regulasi tidak banyak berubah, diperkirakan korban akan berjatuhan," ucap Djoko.
"Pengawasan terhadap keselamatan angkutan laut di saat mudik lebaran tahun ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah," tambah Djoko.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dhita Koesno