tirto.id - Pemerintah Cina telah mendesak para pembuat film untuk mengubah negaranya menjadi "Strong Film Power" seperti Amerika Serikat pada tahun 2035.
Melansir dari laman SFGate, target ini ditetapkan oleh Wang Xiaohui, Wakil Direktur Eksekutif Departemen Propaganda Pusat.
Perwakilan dari perusahaan film besar dan asosiasi industri berkumpul di Beijing untuk sebuah simposium yang mengatur pengembangan masa depan industri Cina. Wang diangkat menjadi kepala biro film Cina pada Mei 2018 lalu.
"Tahun lalu, film-film Amerika mengambil sekitar 2,8 miliar dolar AS di pasar Cina, tetapi film-film Cina di pasar AS hanya membuat beberapa puluh juta," jelasnya.
Seratus film pertahun ini ditargetkan masing-masing menghasilkan lebih dari RMB100 juta (15 juta dolar AS).
Pada 2018, film-film Cina buatan sendiri menyumbang rekor 62,15 persen dari total box office lokal.
Tetapi uang yang didatangkan secara tidak proporsional diperoleh oleh 10 film terlaris, dengan hanya 2 persen dari rilis teater Cina yang membawa 53 persen dari box office.
Sementara itu, 300 dari 400 film yang ditampilkan tahun lalu menghasilkan kurang dari 1 juta RMB, dan ratusan lainnya bahkan tidak pernah sampai di bioskop. Hal ini menunjukkan sumber daya yang terbuang.
Melansir dari Variety, Wang mengatakan bahwa kekhawatiran utamanya adalah pengaruh internasional film Cina masih memliki jalan yang panjang.
Menurut Boxofficemojo, sampai saat ini Alita: Battle Angel masih menjadi film teratas pada Cina Box Office.
Salah satu faktor menurunnya industri perfilman di Cina antara lain dari beberapa kasus skandal yang melibatkan aktor terkenal yang mengakibatkan pembatalan rilis film. Wang juga mengumumkan bahwa Cina akan membentuk "Komite Etika Industri Film Nasional".
Baru-baru ini, film A Boyfriend for My Girlfriend ditarik karena skandal yang melibatkan aktor utama dalam film terebut.
Sementara di awal tahun, kasus penghindaran pajak yang melibatkan aktris asal Cina, Fan Bingbing berdampak pada pekerjaannya yang akan datang. Cina juga membentuk komite etika serupa untuk industri game pada tahun lalu.
Editor: Yandri Daniel Damaledo