Menuju konten utama

Peluang Menghemat Kantong Orangtua dari Belanja Alat & Mainan Anak

Keputusan menyewa peralatan dan mainan anak menghemat signifikan pengeluaran daripada membelinya.

Peluang Menghemat Kantong Orangtua dari Belanja Alat & Mainan Anak
Perajin membuat alat permainan edukatif berbahan dasar kayu, di Sanggar Anakita Toyz, Kampung Depok, Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (21/2/2018). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

tirto.id - Biaya untuk membeli peralatan dan mainan anak salah satu pengeluaran yang tak sedikit dari keluarga. Padahal, alat atau mainan itu hanya dipakai sementara karena anak terus mengalami pertumbuhan atau anak-anak mudah bosan terhadap mainan.

Para orangtua di Inggris misalnya, seperti ditulis The Telegraph menghabiskan 3 miliar poundsterling per tahun untuk mainan anak-anak. Rata-rata anak punya 238 mainan, tapi yang benar-benar dipakai oleh anak-anak mereka hanya 12 mainan karena dianggap favorit. Artinya 95 persen mainan yang dibeli tak dipakai.

Di Indonesia, peralatan anak seperti baby bouncer harganya bisa Rp300 ribu hingga Rp2 juta, hingga car seat, stroller yang juga harganya bisa jutaan rupiah. Belum lagi mainan-mainan edukasi yang harganya bisa Rp1-3 jutaan. Namun, semuanya tak akan terpakai pada waktunya.

Artinya ada efisiensi yang bisa dilakukan oleh orangtua bila mau sedikit cermat. Persoalan semacam ini menjadi peluang bisnis dan bisa menjadi solusi bagi sebagian orangtua. Pradany Hayyu Minarwati, 30 tahun, ibu satu anak ini mengaku mendapatkan ide mendirikan persewaan mainan karena pengalaman pribadi.

Saat anaknya berusia enam bulan dan memulai program Makanan Pendamping ASI (MPASI), Hayyu kelimpungan mencari kursi makan. Harga sebuah kursi makan baru yang ia inginkan berkisar Rp1 juta. Lumayan mahal hanya untuk masa penggunaan beberapa bulan saja. Akhirnya ia memutuskan menyewa kursi makan di daerah Tebet, Jakarta Selatan.

Namun, rumah Hayyu berada di Depok, Jawa Barat, ia merasa kewalahan dengan jarak persewaan yang jauh. Akhirnya ia pun mengambil inisiatif untuk membuka persewaan peralatan anak di Depok untuk mengakomodir keluhan serupa orangtua lainnya.

“Saya riset dulu, ternyata di Depok belum ada. Makanya saya beranikan diri membuka @littlexplorer_toysrental pada Mei 2015 lalu,” katanya.

Di tahun pertama berbisnis, Hayyu memulai dengan item-item peralatan bayi yang jamak dibutuhkan. Misalnya seperti stroller lipat, car seat untuk bayi, baby walker, perosotan, dan beberapa mainan berbahan plastik. Tak perlu menunggu hitungan tahun untuk balik modal, bisnis Hayyu laris manis meski hanya dikerjakan sebagai sambilan saja.

Perempuan yang bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu kementerian ini mengaku hanya melakukan pengiriman barang di hari libur. Namun, aturan ini tak berlaku bila rumah penyewa berdekatan dengan rumahnya, pengiriman bisa dilakukan malam hari selepas pulang bekerja.

Radius penyewanya juga dibatasi, hanya kisaran Depok dan Jakarta Selatan saja. Meski begitu konsumennya rela masuk dalam daftar antrean ketika semua peralatan ludes disewa. Ia pun bisa mendulang laba bersih sebesar Rp2 juta per bulan.

“Alurnya cepat, begitu disewa, dikembalikan, langsung disewa lagi. Empat bulan balik modal, saya juga kaget bisa secepat itu.”

Infografik Penyewaan Mainan Anak

Cara Jitu dalam Berhemat

Dyan Safitry adalah salah satu pelanggan jasa yang ditawarkan Hayyu. Anaknya yang berusia dua tahun sedang keranjingan main perosotan. Namun, harga baru mainan tersebut dibanderol lebih dari sejuta. Akhirnya daripada harus mengeluarkan banyak uang hanya untuk sebuah mainan, Dian memutuskan untuk menyewa mainan.

“Waktu nyari sempet nggak dapat karena lagi disewa semua, baru kebagian setelah nunggu beberapa waktu,” ungkap Dian.

Dengan menyewa, konsumen bisa menghemat pengeluaran alat dan mainan anak hingga 50 persen per bulan. Lazimnya, harga sewa ditetapkan sebesar 1/7 dari harga beli barang. Jadi, semisal harga perosotan baru Rp2 juta, maka per bulan penyewa hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp300 ribu saja.

Jasa penyewaan lain Babyloania.com bahkan mengklaim telah membantu penghematan 5.000 keluarga di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pemrakarsanya, Zhafira Athirah Loebis, 31 tahun, menaksir jumlah penghematan dari sistem sewa mainan ini bisa mencapai Rp11 miliar. Zhafira sudah memulai bisnis ini sejak 2014. Kala itu ia sedang mempersiapkan kelahiran anak pertama dan membuat daftar barang wajib beli. Supaya tak mubazir, delapan barang milik anaknya pun ia sewakan.

“Yang mau kita capai adalah besarnya penghematan oleh orangtua,” ujar perempuan yang sempat berprofesi sebagai pengacara ini.

Ia memanfaatkan keinginan setiap orangtua untuk memberi alat dan mainan terbaik bagi anaknya. Artinya, mereka harus membeli barang dengan merek bagus. Namun, seringkali keinginan ini terkendala kondisi keuangan, padahal seringkali alat dan mainan hanya dipakai sebentar.

“Dengan menyewa, harganya lebih murah, tidak makan tempat, dan orangtua punya banyak pilihan item sejenis buat anaknya.”

Bisnisnya cukup menjanjikan, ia dan suami memberanikan diri keluar dari pekerjaan untuk mengelola Babyloania.com secara penuh. Kini, setelah empat tahun berjalan, Babyloania sudah bisa menyewakan sekitar dua ribu peralatan anak.

Alat dan mainan yang mereka miliki sekarang malah kebanyakan berasal dari titip sewa konsumen. Sejak 2016, mereka bekerjasama untuk membuka jasa titip sewa dengan persentase 45 persen laba untuk pemilik barang. Selain itu, Babyloania juga menerima titip jual untuk barang-barang bekas pakai anak dengan 75 persen keuntungan untuk pemilik.

“Kita fokuskan untuk membantu keluarga makanya terus berinovasi,” tutup Zhafira.

Namun, bagi orangtua tertentu tindakan menyewa mainan atau peralatan anak barangkali bukan solusi, karena pertimbangan kondisi yang sudah tak baru dan bekas dipakai oleh peminjam sebelumnya. Di sisi lain, menyewa bisa jadi pilihan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Baca juga artikel terkait ANAK-ANAK atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Bisnis
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Suhendra