Menuju konten utama

Pelecehan Seksual Juga Dialami Laki-Laki

Dibanding perempuan, laki-laki lebih jarang melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya.

Pelecehan Seksual Juga Dialami Laki-Laki
Ilustrasi laki-laki korban pelecehan seksual. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - “Bokong saya pernah diremas oleh beberapa laki-laki yang lebih tua dan berkuasa. Saya pernah merasa disudutkan dalam percakapan berkonten seksual saat saya muda…”

Kalimat ini dituliskan James Van Der Beek pada 12 Oktober silam di Twitternya. Pengakuan berani ini dikeluarkannya seiring kampanye #MeToo, sesaat setelah berita pelecehan seksual Weinstein terhadap beberapa selebritas Hollywood dan karyawannya menyebar.

Baca juga: “Saya Pun Mengalami Pelecehan Seksual” #MeToo

Di antara keluhan dan pengakuan perempuan-perempuan yang sempat mengalami pelecehan seksual, pernyataan dari laki-laki seperti Van Der Beek ini lebih jauh terpendam. Selain karena kepedulian lebih diarahkan kepada perempuan yang dari waktu ke waktu telah mengalami perlakuan seksis dan merendahkan, alasan lain wacana tentang pelecehan laki-laki tak begitu mengemuka adalah karena tidak banyak dari mereka yang mau angkat suara terkait hal ini.

“Saya malas membicarakan hal ini karena saya tahu, di luar sana ada perempuan-perempuan yang menerima pelecehan lebih parah dari saya. Saya nggak mau mengalihkan perhatian orang dari situ [kondisi pelecehan terhadap perempuan], ” demikian pengakuan salah seorang pekerja media, sebut saja Gio (26).

Laki-laki ini bercerita bahwa lehernya pernah dicium seorang laki-laki tanpa persetujuan. Saat kejadian, orang-orang di sekitar hanya menganggap hal tersebut candaan belaka. Untuk marah pun Gio tidak mampu karena ia merasa situasinya tidak mendukung.

“Sebelum pelaku mencium saya, dia sering melecehkan saya secara verbal. Fisik saya sering dikomentari di depan umum, apa yang menurutnya menarik dari tubuh saya. Reaksi teman-teman yang ada di sekitar saat itu hanya tertawa. Ironisnya, saat saya dilecehkan oleh sesama, seorang teman laki-laki lain berkata, ‘ini sengaja dilakukan kepada kamu supaya kamu mengerti bagaimana perasaan perempuan-perempuan waktu fisiknya diomongi laki-laki’,” sambung Gio.

Tidak hanya itu pembenaran pelecehan dari pelaku yang diwajarkan teman-temannya. Alasan untuk mengetes apakah ia homofobik atau bukan juga ditambahkan setelah perlakuan tidak menyenangkan tersebut diterima Gio.

Baca juga: Pria Bugil dalam Iklan: Memanjakan Mata atau Menjijikkan?

Pada lain kesempatan, dua laki-laki rekan sekantor Gio juga mengatakan diri mereka sempat mengalami pelecehan, tetapi di tempat berbeda. Keduanya sama-sama pernah dipepet oleh sesama laki-laki di kereta pada jam sibuk, bahkan ada yang sampai menggesekkan tubuhnya ke tubuh rekan Gio ini. Apa yang mereka lakukan setelahnya? Tidak ada reaksi frontal seperti memarahi di depan umum. Paling-paling, rekan Gio hanya menginjak kaki si pelaku.

Laporan pelecehan seksual teranyar yang viral di media massa datang dari aktor AS, Anthony Rapp (46). Seperti diwartakan Buzzfeed News, Rapp menyatakan sempat dilecehkan oleh sesama aktor, Kevin Spacey (58), saat ia berusia 14.

Kala itu, Rapp dan Spacey sama-sama terlibat dalam sebuah pertunjukan Broadway. Suatu kali, Spacey mengundang Rapp ke apartemennya saat ia mengadakan pesta. Di pengujung malam, pemeran serial House of Card tersebut memboyong Rapp ke tempat tidurnya dan mulai menggerayanginya.

Kejadian ini meninggalkan trauma dalam diri Rapp sehingga ia memilih tak berbicara lagi kepada Spacey. Seiring waktu, karier Spacey kian menanjak, begitu pula dengan frustrasi dan kemarahan Rapp. Puncaknya ialah saat Rapp menonton Tony Awards Juni 2017 lalu, di mana Spacey menjadi pembawa acaranya. Ketakutan kembali menyelimuti Rapp hingga akhirnya ia memberanikan diri membeberkan pengalaman buruknya dengan Spacey pada 1986.

Sudah lebih dari tiga dasawarsa sejak pelecehan terhadap Rapp terjadi. Karenanya, Spacey mengaku tidak mengingat persis kejadian tersebut saat media memberitakan perilaku tidak menyenangkannya kepada Rapp. “Bila saya memang melakukan apa yang diceritakannya, saya meminta maaf secara tulus atas tindakan tidak pantas yang saya lakukan dalam kondisi mabuk,” tulis Spacey di Twitternya.

Sederet konsekuensi negatif mau tak mau harus ditelan Spacey. Menyusul pengakuan Rapp, The Telegraph melaporkan bahwa Netflix, portal streaming yang menyiarkan House of Cards, membatalkan penayangan musim terbaru serial tersebut. Tidak hanya itu, International TV Awards yang mulanya hendak memberikan penghargaan International Emmy Founders Award kepada Spacey bulan November ini juga membatalkan rencana mereka. Satu per satu, kasus pelecehan Spacey lainnya mencuat di media massa, memperburuk citra aktor yang pernah meraih Oscar lewat film American Beauty tersebut.

Pelecehan seksual terhadap laki-laki bukan hanya ditemukan dalam konteks ruang pergaulan. Di tempat kerja, sejumlah data pun menunjukkan bahwa mereka mengalami kejadian tidak diharapkan ini. US Equal Employment Opportunity Commision (EEOC) mencatat, pada 2011 terdapat 16,1 persen kasus pelecehan seksual yang dilaporkan oleh laki-laki. Dua tahun kemudian, persentase ini bertambah hingga 17,6 persen.

EEOC juga memberitakan, dua laki-laki yang bekerja sebagai asisten manajer di sebuah toko di New Jersey sempat mengalami pelecehan seksual di kantor. Yang pertama mengatakan pernah mendapat komentar seksual yang tak diharapkan dari rekan kerja perempuannya. Perempuan tersebut lantas berkesempatan naik jabatan menjadi manajer toko, dan saat ia menjadi atasan karyawan laki-laki ini, pelecehan seksual terus dilakukannya, bahkan sampai melibatkan kontak fisik. Si karyawan pertama ini pun memilih mengundurkan diri akibat diperlakukan tidak menyenangkan oleh si manajer toko.

Karyawan kedua mengambil pilihan berbeda saat mendapat pelecehan dari si manajer toko. Mengetahui karyawan pertama memilih mengundurkan diri akibat dilecehkan manajer toko, ia pun mengadukan aksi atasannya ke manajer distrik. Alih-alih mendapat perlindungan, karyawan kedua ini malah dipecat dengan alasan perilaku tidak profesional.

Association of Women for Action and Research (AWARE) juga merilis data terkait pelecehan yang dialami laki-laki. Mereka membuat studi terhadap 500 responden dan 92 perusahaan di Singapura. Salah satu temuannya, 21 persen laki-laki pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.

Baca juga: Wartawati Magang Alami Pelecehan Seksual oleh Redaktur

Mengapa laki-laki dapat mengalami pelecehan serupa dengan perempuan? Pakar psikologi dari York University,Toronto, Ontario, Romeo Vitelli Ph.D. mengemukakan argumennya dalam Psychology Today bahwa di ranah profesional, baik sesama pekerja maupun atasan, sering mengharapkan laki-laki untuk bertingkah semaskulin mungkin. Segala tindakan yang melenceng dari konsep maskulinitas yang dominan akan berpotensi mengundang pelecehan terhadap mereka.

Regulasi yang diterapkan di kantor sehubungan dengan pelecehan seksual pun berpengaruh terhadap maraknya perlakuan ini. Di kantor-kantor yang cenderung lebih permisif, berisikan karyawan-karyawan yang menormalisasi perbuatan tidak menyenangkan secara verbal atau sentuhan fisik, akan lebih banyak ditemukan pelecehan seksual.

Infografik Pelecehan Seksual

Studi yang dimuat Journal Psychology of Men and Masculinity menguatkan argumen Vitelli seputar pelecehan yang dialami laki-laki. Para pekerja laki-laki yang disurvei mengatakan mengalami setidaknya satu bentuk pelecehan seksual seperti sentuhan yang membikin tidak nyaman atau iming-iming promosi lebih cepat bila mau terlibat dalam hubungan seksual. Dalam temuan mereka juga dikatakan bahwa laki-laki yang jauh dari maskulin, berasal dari golongan minoritas orientasi seksual, atau feminis lebih sering menjadi sasaran pelecehan seksual.

Kenyataannya, tidak hanya laki-laki yang tampak tidak maskulin saja yang mengalami pelecehan seksual. Gio dan dua rekannya misalnya, bukan berasal dari golongan minoritas orientasi seksual. Laki-laki, melek isu feminisme maupun tidak, berisiko mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan ini. Hal utama yang implisit dari kasus pelecehan seksual adalah persoalan dominasi.

Pelecehan seksual lebih mungkin terjadi ketika ada relasi kuasa, baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Di sisi korban, ada faktor ketidakpahaman mengenai apa saja yang termasuk pelecehan seksual, ke mana harus mencari advokasi, serta pemakluman terhadap tindakan ini dari berbagai level.

Pelecehan seksual, terhadap kelompok jenis kelamin dan gender mana pun, masih jadi PR besar yang harus dituntaskan.

Baca juga artikel terkait PELECEHAN SEKSUAL atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani