tirto.id - Satgas Penanganan Covid-19 menilai sejumlah langkah yang selama ini dilakukan untuk meredam gelombang kedua lonjakan kasus positif di Indonesia telah membuahkan hasil nyata.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, hasil itu terlihat dari turunnya angka penambahan kasus positif Covid-19 di tanah air dalam beberapa pekan terakhir.
Wiku mencatat perkembangan angka kasus positif secara nasional terus menurun secara berturut-turut dalam 8 pekan terakhir. Pekan ini misalnya, ada penurunan hingga 88,9 persen dibandingkan dengan angka pada saat puncak gelombang kedua terjadi. Angka kasus positif pada Minggu ini pun telah mendekati titik terendah seperti pada 10 Mei 2021 lalu.
"Perkembangan ini dapat terjadi karena Pemerintah bekerja cepat untuk menyusun kebijakan dan semua lapisan masyarakat bekerja sama, dan menyesuaikannya dengan disiplin," kata Wiku dalam International Press Briefing pada Kamis (16/9/2021).
Ada sejumlah pelajaran yang dapat diambil jika melihat beberapa langkah yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia saat gelombang kedua lonjakan kasus Covid-19 terjadi.
Wiku mencontohkan, saat jumlah kasus positif terus meroket, Pemerintah RI segera menetapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kebijakan itu dilanjutkan dengan langkah pengetatan lainnya melalui penentuan status PPKM level 1-4 di sejumlah daerah, sejak 26 Juli 2021 hingga sekarang. Langkah lainnya, Pemerintah RI juga mengatur pengetatan aturan perjalanan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
"Kebijakan tersebut dievaluasi setiap minggu melalui rapat koordinasi rutin pusat dan daerah, dan akan terus disesuaikan dengan perkembangan kasus dan dinamika di masyarakat," ujar Wiku.
Dia menambahkan, Pemerintah RI berupaya segera merespons lonjakan kasus dengan membenahi kesiapan fasilitas kesehatan yang menjadi faktor penting dalam penanganan pasien Covid-19.
Di antara upaya tersebut adalah meningkatkan jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan hingga mencapai 116.939 unit. Upaya pemenuhan kebutuhan alat kesehatan, seperti oksigen, ventilator, juga dilakukan. Hal itu disertai langkah pemerataan suplai dan donasi isotank maupun oksigen di berbagai rumah sakit rujukan pasien Covid-19.
Ruang isolasi terpusat pun digunakan agar mengurangi beban rumah sakit rujukan. Kapasitasnya mencapai lebih dari 20 ribu tempat tidur dan tersebar di seluruh Indonesia.
Upaya lain, menurut Wiku, adalah menambah suplai tenaga kesehatan. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memberdayakan tenaga dokter magang maupun perawat yang belum mengikuti uji kompetensi dengan supervisi perawat senior.
Wiku mengklaim testing dan tracing menjadi salah satu fokus utama pemerintah saat menangani gelombang kedua lonjakan kasus Covid-19. Langkah peningkatan dilakukan hingga testing dapat menjangkau hampir 1 juta orang dalam 1 minggu. Jumlah laboratorium ditambah pula sehingga kini Indonesia sudah mengaktifkan 796 laboratorium rujukan.
Upaya lainnya dilaksanakan melalui peningkatan jumlah peserta vaksinasi Covid-19. Wiku bilang, untuk mencegah lonjakan kasus, cakupan vaksinasi akan terus ditingkatkan hingga mencapai 10 juta orang per 10 hari sejak Agustus 2021. Hal ini dibarengi dengan upaya menambah stok vaksin dan cakupan distribusinya.
Dalam penjelasannya, Wiku menyebut setidaknya ada 3 pelajaran yang perlu dicatat terkait upaya dalam penanganan gelombang kedua yang telah membuahkan hasil. Ketiga hal ini perlu dipahami demi pembelajaran berkelanjutan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Tiga pelajaran itu, sesuai dengan keterangan Wiku, adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya bersikap adaptif dan siap melakukan pembaharuan jika diperlukan sesuai data nyata di lapangan.
2. Pentingnya upaya komprehensif. Artinya seluruh elemen masyarakat mempunyai peran penting dalam penanganan lonjakan kasus Covid-19. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab bersama. Contoh implementasinya ialah dengan pembentukan Satgas di desa dan kelurahan, serta di setiap fasilitas umum.
3. Perlunya pendekatan dua arah, yakni top down sekaligus bottom up. Pendekatan ini dilakukan dengan menghubungkan komando kontrol terkecil di daerah dengan tingkat nasional.
Protokol Kesehatan Penting untuk Cegah Lonjakan Kasus
Agar lonjakan kasus ke depan bisa dicegah, Wiku menyatakan implementasi kebijakan PPKM terus ditingkatkan. Selain itu, kata dia, masyarakat pun harus disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Wiku mengingatkan, pada pekan lalu, masih ada 80 kabupaten/kota yang tingkat kepatuhan para warganya dalam memakai masker masih rendah. Sementara di 95 kabupaten/kota lainnya, tingkat kepatuhan masyarakat masih rendah dalam menjaga jarak.
Pengawasan protokol kesehatan menjadi kunci untuk mencegah lonjakan kasus terulang kembali. Satgas Posko Desa/Kelurahan dan satgas fasilitas publik adalah sarana penting untuk mendukung pelaksanaan pengawasan protokol kesehatan. Namun, saat ini baru sekitar 41% desa/kelompok yang telah membentuk posko.
"Kami telah melewati lonjakan kasus, dan kini tugas besar kami adalah mencegah lonjakan kasus lainnya," tambah Wiku.
Wiku menegaskan kunci menjaga penurunan kasus Covid-19 di Indonesia ialah tetap serius dalam menjalakan protokol kesehatan, meski kegiatan sosial-kemasyarakatan mulai diizinkan kembali.
Protokol kesehatan yang paling utama adalah 3M, yakni rajin mencuci tangan, memakai masker, serta menjaga jarak fisik dan menjauhi kerumunan.
Perlu diingat, kata Wiku, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia bukan hanya karena ada penularan varian Delta. Dia mencatat, varian Delta terdeteksi masuk Indonesia pada Januari 2021. Beberapa bulan kemudian, atau sekitar Juli 2021, lonjakan kasus yang tinggi berlangsung di tanah air.
"Jelas bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata akibat varian Delta tetapi akibat aktivitas sosial masyarakat yang tidak sejalan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat," ujar dia.
"Jika kita mampu membatasi aktivitas sosial, dampak mutasi varian [baru] tak akan menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan," lanjut Wiku.
Editor: Iswara N Raditya