tirto.id - Varian Delta hingga saat ini menjadi salah satu hasil mutasi virus corona (Sars-CoV-2) yang paling diwaspadai penularannya di seluruh dunia. Persebaran Delta di Indonesia pun terus dipantau.
Merujuk laporan mingguan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) periode 14-20 Agustus 2021, hasil riset sekuensing terhadap 388 kasus positif Covid-19 dari 9 provinsi menunjukkan 184 (47,4%) di antaranya dipicu oleh infeksi varian Delta.
Laporan yang sama menyebut, berdasar distribusi lineage virus SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di Indonesia, sebaran varian di tanah air mulai menanjak pada Maret 2021 dan segera mendominasi sejak Juni 2021.
Bahkan, proporsi varian Delta pada Agustus 2021 sudah mencakup 98% dari total spesimen yang diidentifikasi dengan metode WGS (whole genome sequencing). Situasi itu sejalan dengan lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia pada beberapa bulan terakhir.
Delta merupakan salah satu dari 4 mutasi corona yang sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Variant of Concerns (varian yang menjadi perhatian). Ahli epidemiologi sekaligus Kepala Tim Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove menerangkan Delta masuk daftar Variant of Concerns karena terbukti memicu peningkatan laju penularan Covid-19.
"Hal itu sudah terlihat dampaknya di beberapa negara," kata Maria melalui siaran resmi WHO di Youtube pada 5 Juli 2021.
"Di wilayah-wilayah itu, varian ini cepat menyebar di masyarakat dan bahkan melebihi laju penularan varian Alfa yang lebih dulu ditemukan," tambah dia.
Maria mencatat, hingga awal Juli 2021, penularan varian Delta telah ditemukan di 90-an negara dan diprediksi akan terus meluas ke seluruh dunia. Data WHO memang menunjukkan bahwa per 10 Agustus 2021, atau sebulan kemudian, sebaran varian Delta sudah ditemukan di 142 negara.
Namun, peningkatan laju penyebaran varian Delta itu, menurut Maria, tidak hanya dipicu oleh kapasitas virus tersebut dalam menularkan Covid-19. Pelonggaran aturan pembatasan aktivitas masyarakat di banyak negara, yang meningkatkan mobilitas dan pertemuan tatap muka warga, turut mendorong persebaran varian Delta. Maria menambahkan, belum meratanya vaksinasi corona di kalangan penduduk berbagai negara turut menambah jumlah korban varian Delta.
Merujuk publikasi resmi Centers for Disease Control dan Prevention (CDC), berbagai riset terbaru membuktikan varian Delta lebih menular dan semakin terindikasi bisa menginfeksi orang yang sudah menerima vaksin Covid-19.
Lembaga kesehatan resmi pemerintah AS itu juga mengumumkan bahwa, hingga Agustus 2021, varian Delta merupakan mutasi yang mendominasi persebaran virus corona di Amerika Serikat.
Fakta ini menjadi alasan kenapa muncul lonjakan kasus baru yang signifikan di AS baru-baru ini setelah berlangsung periode penurunan stabil sejak Januari 2021. Pada akhir Juni lalu, rata-rata ada penambahan 12 ribu kasus baru dalam 7 hari. Angka itu segera terkerek tinggi menjadi rata-rata 60 ribu kasus baru dalam sepekan pada akhir Juli 2021. Fenomena ini menyerupai kondisi pandemi di AS ketika vaksin Covid-19 belum tersedia.
Dikumpulkan dari publikasi Unicef, juga CDC dan UC Davis Health yang diperberui datanya hingga tengah Agustus 2021, berikut penyebab varian Delta berbahaya dan perlu dicegah penularannya.
Varian Delta Lebih Menular
Varian Delta sudah terbukti sangat menular. Ia bahkan bisa 2 kali lebih menular dibanding varian yang sebelumnya beredar selama pandemi Covid-19 terjadi. Menurut CDC selama minggu ketiga Juli 2021, varian Delta memicu 80% kasus baru di AS. Para ahli kesehatan mengatakan itu khas untuk jenis virus baru yang lebih menular karena sering kali menjadi jauh lebih efisien dan mudah ditularkan.
Varian Delta Memperparah Sakit Akibat Covid-19
Beberapa data menunjukkan varian Delta dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian sebelumnya, khususnya pada orang yang belum divaksinasi. Dalam dua penelitian berbeda dari Kanada dan Skotlandia, pasien yang terinfeksi varian Delta lebih mungkin dirawat di rumah sakit daripada pasien yang terinfeksi varian Alpha dan virus asli penyebab COVID-19. Meski begitu, sebagian besar kasus rawat inap dan kematian yang disebabkan oleh COVID-19 terjadi pada orang yang tidak divaksinasi.
Gejala Infeksi Varian Delta Lebih Cepat Muncul
Gejala infeksi akibat varian Delta masih sama dengan COVID-19 versi asli. Namun, banyak dokter melaporkan bahwa sejumlah pasien yang tertular varian Delta lebih cepat sakit, termasuk mereka yang masih berusia muda. Penelitian terbaru menemukan bahwa varian Delta tumbuh lebih cepat, sekaligus lekas naik ke kelvel infeksi lebih tinggi, di saluran pernapasan manusia.
Umumnya, orang yang sudah divaksinasi tidak menunjukkan gejala, atau hanya mengalami sakit ringan, saat terinfeksi varian Delta. Gejala yang mereka lami biasanya lebih mirip flu biasa, seperti batuk, demam atau sakit kepala, dengan tambahan kehilangan penciuman yang signifikan.
Varian Delta Ancam Orang yang Belum Divaksinasi
Orang yang belum divaksinasi jauh lebih mungkin terinfeksi dan menularkan Covid-19. Kasus lebih jarang terjadi pada orang yang sudah mendapat suntikan vaksin Covid-19 dengan dosis lengkap.
Data CDC yang dikutip UC Davis Health menunjukkan, hingga 22 Juli 2021, 97 persen pasien yang dirawat oleh rumah sakit-rumah sakit di AS karena Covid-19 belum divaksinasi. Di California dan di seluruh AS, data menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat vaksinasi rendah cenderung memiliki tingkat infeksi COVID-19 yang lebih tinggi. UC Davis Health pun menemukan banyak pasien yang masih berusia muda dan belum divaksinasi mengalami kondisi kritis akibat infeksi varian Delta.
Banyak pakar kesehatan menyimpulkan bahwa vaksin Covid-19 bermanfaat untuk mencegah kasus sakit parah dan kematian akibat infeksi Covid-19, termasuk yang dipicu penularan varian Delta.
Varian Delta Mengancam Semua Kelompok Usia
Jika varian Covid-19 yang asli dan beberapa mutasi sebelumnya lebih mengancam orang-orang di kalangan usia tua, tidak dengan varian Delta. Semua kelompok usia, termasuk anak-anak, dapat terinfeksi varian Delta dan mengalami dampak serius (terutama jika belum divaksinasi).
Orang yang Sudah Divaksinasi Bisa Menularkan Delta Jika Terinfeksi
Orang yang sudah divaksinasi dengan dosis lengkap ternyata masih bisa terinfeksi varian Delta. Ia umum disebut dengan istilah infeksi terobosan.
Meski kebanyakan tidak mengalami sakit parah dan hanya mengalami gejala ringan, mereka yang sudah menerima dosis lengkap vaksin corona dan terinfeksi masih mungkin menularkan virus itu ke orang lain.
Namun, orang yang divaksinasi dan terinfeksi varian Delta terindikasi bisa menularkan virus ini ke orang lain dalam waktu lebih singkat. Sementara orang yang belum divaksinasi dapat menularkan virus tersebut dalam durasi waktu lebih lama.
Mengingat belum ada vaksin yang 100 persen efektif mencegah infeksi Covid-19, para ahli selama ini memperkirakan rata-rata ada 10% orang yang sudah divaksinasi berisiko tertular. Angka yang sebenarnya bisa jadi jauh lebih rendah. CDC mencatat, hanya ada 0,005 persen dari populasi yang sudah mengikuti vaksinasi di AS yang masih mengalami infeksi Covid-19.
Varian Delta Bisa Jadi Bencana di Komunitas Tak Terjangkau Vaksin
Di komunitas dengan tingkat vaksinasi rendah, terutama daerah terpencil dengan akses terbatas ke fasilitas kesehatan, penularan varian Delta bisa memicu bencana. Fenomena ini sudah terjadi di banyak negara miskin dengan tingkat vaksinasi rendah. Bahkan, para ahli kesehatan memprediksi fenomena seperti itu bisa terus terjadi di beberapa dekade mendatang jika akses terhadap vaksin Covid-19 tidak kunjung merata di seluruh dunia.
Vaksinasi Penting untuk Cegah Penularan Varian Delta
Semua jenis vaksin Covid-19 yang telah disetujui penggunaannya oleh WHO, termasuk yang saat ini digunakan di Indonesia, terbukti sangat efektif dalam mencegah penyakit parah dan kematian di kasus infeksi Covid-19. Efektivitas serupa berlaku di kasus infeksi akibat varian Delta.
Karena itu, saat ini semua orang perlu mendapatkan suntikan vaksin dosis lengkap (umumnya 2 dosis). Vaksinasi Covid-19 sangat penting, khususnya di wilayah-wilayah dengan tingkat penularan virus corona yang tinggi.
Vaksinasi merupakan cara terbaik untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan komunitas. Cakupan vaksinasi yang tinggi akan mengurangi penyebaran virus corona dari semua varian, sekaligus bisa mencegah kemunculan mutasi baru yang lebih berbahaya.
CDC merekomendasikan agar setiap orang yang berusia 12 tahun ke atas mendapatkan vaksinasi sesegera mungkin. Hal yang sama berlaku di Indonesia. Pemerintah RI telah mengizinkan mereka yang berusia 12 tahun ke atas untuk menerima suntikan vaksin corona.
Protokol Kesehatan Penting untuk Cegah Penularan Varian Delta
Sekalipun sudah menerima vaksinasi dengan dosis lengkap, masyarakat tetap perlu menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan varian Delta dan mutasi corona yang lainnya. Mayoritas ahli kesehatan di dunia menyarankan agar orang yang sudah divaksinasi tetap memakai masker dan menghindari kerumunan.
Berdasarkan informasi dari WHO, berikut cara mencegah penularan varian Delta seperti dilansir laman Unicef:
- Hindari tempat yang ramai
- Jaga jarak dari orang lain
- Jaga agar semua ruang dalam ruangan berventilasi baik (misalnya: membuka jendela)
- Pakai masker saat berada di tempat umum
- Pakai masker saat menjaga menjarak fisik di kerumunan tidak memungkinkan
- Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau hand sanitizer
- Jika belum divaksinasi, segera dapatkan suntikan vaksin Covid-19 dengan dosis lengkap.
Muncul Varian Delta Plus
Varian Delta Plus mengandung mutasi baru di protein spike (bagian yang digunakan virus corona untuk memasuki sel manusia). Karena terkait erat dengan varian Delta, mutasi itu disebut Delta Plus. Sejauh ini, Delta Plus ditemukan dalam jumlah yang relatif rendah. Penemuan Delta Plus ini menunjukkan bahwa penularan yang belum bisa dihentikan memicu mutasi terus terjadi.
Lebih Banyak Varian COVID-19 Berisiko Muncul
Varian Delta saat ini merupakan jenis COVID-19 yang paling menonjol, tetapi varian Lambda dari Amerika Selatan juga muncul. Pakar ahli kesehatan menyimpulkan, jika semua orang ingin kembali normal, sebagian besar penduduk perlu divaksinasi.
Selama sebagian besar orang di dunia tidak divaksinasi, mutasi dan varian baru corona akan terus berkembang dan menyebabkan masalah. Apalagi, varian Delta teru memicu penularan Covid-19 di berbagai negara. Penularan virus corona akan membuka pintu terjadinya mutasi.
Editor: Yantina Debora