Menuju konten utama

Risiko Varian Mu dan Pentingnya Prokes untuk Cegah Gelombang Ketiga

Kementerian Kesehatan meminta masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah risiko gelombang ketiga Covid-19 terjadi.

Risiko Varian Mu dan Pentingnya Prokes untuk Cegah Gelombang Ketiga
Ilustrasi Virus Corona. foto/Istockphoto

tirto.id - Wakil Menteri Kesehatan (Kemenkes) Dante Saksono Harbuwono meminta masyarakat Indonesia untuk tetap disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan (prokes).

Dia mengingatkan, kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan penting demi mencegah kemungkinan gelombang ketiga Covid-19 terjadi.

Dante menambahkan semakin banyak kasus Covid-19 bertambah lama pula pandemi. Sebab, terus berlangsungnya penularan Covid-19 bisa menyebabkan virus corona mengalami mutasi.

Dampak mutasi virus sudah terbukti dari pengaruh varian Delta yang meningkatkan jumlah kasus Covid-19 di banyak negara, termasuk Indonesia, pada paruh pertama 2021.

Karena itu, kemunculan varian-varian baru hasil mutasi virus corona patut diwaspadai dan dicegah. Apalagi, belakangan kewaspadaan publik dunia meningkat dengan kemunculan varian Mu.

"Varian Mu mempunyai resistensi terhadap kondisi vaksin, tapi penyebarannya tidak hebat seperti penularan dari varian Delta," kata Dante dalam konferensi pers pada Senin (6/9/2021).

Dante pun memastikan bahwa hingga kini penularan varian Mu belum terdeteksi di Indonesia. Hal itu diketahui dari hasil penelitian terhadap sampel dari ribuan kasus Covid-19 di tanah air.

"Kami sudah melakukan genom sekuensing terhadap [sampel] 7 ribuan orang di Indonesia dan belum terdeteksi varian tersebut. Mudah-mudahan varian Mu ini akan abortif," ujar Dante.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi memasukkan varian Mu (B.1.621) dalam kategori Variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian, pada 30 Agustus 2021.

Meskipun belum naik level ke kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai, varian Mu terbilang sudah menyebar luas di dunia.

Penularan varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia pada Januari 2021. Tujuh bulan setelah penemuannya atau pada akhir Agustus 2021, berdasarkan data laporan WHO, penularan varian Mu sudah terdeteksi di 39 negara. Data itu berasal dari 4500 sampel sekuens (3794 sekuens B.1.621 dan 856 sekuens B.1.621.1).

Infografik BNPB Taat Prokes Cegah Varian Mu

Infografik BNPB Taat Prokes Cegah Varian Mu. tirto.id/Fuad

Merujuk penjelasan Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, Gunadi, varian Mu perlu diwaspadai karena menyebabkan penurunan kadar antibodi, baik yang dipicu oleh kekebalan alamiah (akibat infeksi) ataupun vaksinasi. Bahaya varian Mu itu, menurut dia, masih berdasarkan riset awal.

"[...] serupa dengan varian Beta. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut," kata Gunadi, Selasa (7/9/2021), dikutip dari laman UGM.

Menanggapi risiko penyebaran varian Mu, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan pengetatan pengawasan terhadap kedatangan orang dari luar negeri.

"Pemerintah senantiasa berupaya mencegah masuknya varian baru dari luar Indonesia melalui pengetatan kebijakan karantina internasional, entry dan exit testing, serta persyaratan vaksin," kata Wiku pada Selasa (7/9/2021).

Selain itu, pemerintah berupaya mencegah munculnya varian baru di dalam negeri melalui strategi vaksinasi, serta melalui berbagai kebijakan menyeluruh untuk menekan angka kasus. Tentunya, kata Wiku, hal itu dapat berhasil jika dibarengi peran aktif masyarakat dalam mempertahankan disiplin 3M dan mengikuti vaksinasi.

Ia mencatat, hingga kini karakteristik dan dampak varian Mu masih diteliti. "Indikasi karakteristik varian Mu, seperti lebih ganas dari varian delta atau bisa menghindari kekebalan tubuh, masih berupa perkiraan dan masih terus diteliti lebih dalam," ujar Wiku.

Banner BNPB Info Lengkap Seputar Covid19

Banner BNPB. tirto.id/Fuad

Baca juga artikel terkait VARIAN MU atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Yantina Debora