Menuju konten utama

Pelajar Indonesia Suriah: Konflik Suriah Bukan Karena Agama

Dalam upaya melawan hoax yang makin merajalela, terlebih terkait konflik Suriah, PPI Damaskus Suriah memberikan sejumlah verifikasi atas pemberitaan yang tidak berimbang mengenai Suriah. Salah satunya menyatakan bahwa konflik di negara itu bukan konflik bukanlah konflik sektarian.

Pelajar Indonesia Suriah: Konflik Suriah Bukan Karena Agama
Api memberikan penerangan kepada warga Suriah yang dievakuasi timur Aleppo, ketika mereka sedang makan di sebuah tempat perlindungan dengan dinding berlubang di wilayah kekuasaan pemerintah Jibreen di Aleppo, Suriah, Rabu (30/11). ANTARA FOTO/REUTERS/Omar Sanadiki.

tirto.id - Maraknya pemberitaan tidak berimbang dan kabar hoax terkait konflik di Suriah membuat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Damaskus, Suriah memberikan sejumlah verifikasi atas pemberitaan yang tidak berimbang terkait Suriah. Mereka meminta masyarakat Indonesia untuk tidak mudah terprovokasi oleh berita yang tidak jelas sumbernya terkait konflik di negara tersebut.

Dalam press release yang ditandatangani oleh Susilo Priyadi sebagai ketua PPI Damaskus Suriah dan Lion Fikyanto sebagai sekretaris, PPI Suriah menyatakan bahwa konflik di Suriah bukanlah konflik sektarian. Melainkan konflik yang berkaitan erat dengan berbagai kepentingan politik regional dan global.

Suriah, lanjut mereka, merupakan negara sekuler-sosialis, multi-etnis, sekaligus multi-agama & sekte. Di negara tersebut terdapat etnis yang berasal dari, antara lain, Arab, Kurdi, Armenia, dan Turkman.

Sementara itu, para penduduknya merupakan penganut Sunni, Syi’ah, Kristen Katolik, Ortodox Timur, Ortodox Syria, Protestan, dan Druze. Terdapat pula penduduk yang atheis di negara tersebut. Oleh karenanya, Tentara Nasional Suriah merupakan tentara yang terdiri dari berbagai suku dan agama.

"Kehidupan beragama di Suriah cukup moderat dan sangat toleran," kata pernyataan dari PPI tersebut.

Sebelum konflik yang terjadi pada tahun 2011, Suriah termasuk dalam 5 besar kategori negara-negara dengan tingkat kriminalitas terendah. Kebutuhan pokok masyarakat seperti listrik, air dan roti disubsidi oleh pemerintah. Selain kebutuhan pokok, pendidikan dan pelayanan kesehatan di rumah sakit negeri pun juga mendapatkan subsidi penuh dari pemerintah.

Terkait Aleppo, PPI Suriah mengatakan, secara geografis, letak provinsi tersebut sangat strategis dan merupakan kota terbesar kedua setelah ibukota Damaskus yang terkena imbas konflik paling parah. Hal ini membuatnya diperebutkan oleh kelompok-kelompok yang terlibat konflik.

Mereka juga menghimbau agar pemerintah RI mewaspadai WNI yang pernah terlibat konflik Suriah dan melakukan kordinasi dengan Perkumpulan Alumni Syam Indonesia (AL-SYAMI) sebagai wadah resmi alumni PPI Suriah di tanah air.

Sementara bagi masyarakat Indonesia yang ingin memberikan bantuan untuk warga Suriah, PPI Suriah menyarankan agar bantuan itu disalurkan melalui lembaga resmi yang dikoordinasikan dengan perwakilan RI setempat. Mereka juga mendesak pemerintah Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam penyelesaian konflik di Suriah melalui jalur diplomasi di forum-forum internasional.

Di sisi lain, Suriah, tambah mereka, merupakan negara yang menaruh kepedulian yang sangat tinggi terhadap problematika Palestina dan menjadikannya sebagai isu nasional.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara