Menuju konten utama
Perayaan Imlek 2023

Pedagang Kue Imlek Banjir Rezeki, Omzet Naik hingga 100 Persen

Menjelang Imlek, beberapa pedagang kue Imlek di Kawasan Glodok, Jakarta Utara mengalami kenaikan omzet dari 50 hingga 100 persen.

Pedagang Kue Imlek Banjir Rezeki, Omzet Naik hingga 100 Persen
Pedagang Kue Imlek Terguyur Rejeki Menjelang Hari Perayaan. (tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari)

tirto.id - Menjelang perayaan Imlek yang akan jatuh pada 23 Januari nanti, pedagang beberapa jenis kue Imlek mulai ramai diserbu pembeli. Terutama, kue keranjang yang selalu ada sebagai sajian perayaan Imlek pun mulai ramai dicari. Tak heran, para penjual kue keranjang meraup rezeki ketika mulai menjelang perayaan Imlek tiba.

Salah satu pedagang kue keranjang di Kawasan Glodok, Jakarta Barat, Alan (48) telah berjualan kue keranjang sejak 1981. Hal ini ia lakukan dengan konsisten sampai saat ini. Lalu, menjelang perayaan Imlek seperti saat ini, baginya adalah hal yang paling membahagiakan.

Sebab, para pembeli akhir-akhir ini hampir setiap hari datang ke tokonya untuk membeli kue keranjang buatannya. Lalu, omzet yang ia dapatkan juga meningkat kembali dibandingkan hari biasanya.

“Saya senang kalau sudah menjelang Imlek, karena hampir setiap hari para pembeli banyak yang datang ke toko buat beli kue keranjang saya. Omzet saya sendiri untuk saat ini mengalami kenaikan secara perlahan dan tetap untung pada akhirnya,” tutur Alan ketika diwawancarai Tirto, Jakarta, Rabu (18/1/2023).

Menurut Alan, omzet dagangan kue keranjang meningkat sebanyak 50 persen. Hal ini ia syukuri lantaran, sangat jauh berbeda ketimbang pada saat pandemi COVID-19 merajalela pada 2020 silam. Ketika pandemi mulai datang, omzet yang ia hasilkan hanya sampai 20 persen, lebih kecil dibandingkan saat ini.

“Omzet saat ini saya dapat di angka 50 persen, ini sangat saya syukuri sekali karena, omzet ketika era COVID-19 itu turunnya anjlok di 20 persen ini sangat jauh sekali bedanya,” ujar Alan.

Kue keranjang yang ia tawarkan mempunyai beragam harga, berkisar mulai dari Rp35.000 sampai Rp50.000 per satuan dan harga tersebut tergantung dari ukuran kue itu sendiri baik itu besar maupun kecil.

Pernah sesekali Alan mendapatkan pembeli yang telah memborong sebanyak 20 kue keranjang. Ia mengaku kewalahan karena kurangnya orang yang membantu dirinya untuk membuat kue tersebut. Namun, ia tetap bersyukur, dari pemborongan tersebut ia mendapatkan untung yang banyak.

“Waktu itu sekali saya dapat orderan sampai 20 pemesanan kue keranjang, saya sangat kewalahan karena orang di toko saya kurang. Tetapi, saya tetap bersyukur karena untung yang saya dapatkan besar dari pemborongan tersebut,” ucap Alan.

Berbeda dengan Alan, salah satu penjual kue keranjang dan juga kue kering di Kawasan Glodok, Jakarta Barat, Lian (49) mengatakan di tokonya justru bukan kue keranjang yang laku keras melainkan, jajanan kue kering yang ia jual.

Lian mengaku, ia ingin mencoba berbeda dengan yang lain, seperti lebih banyak menjual kue kering dibandingkan kue keranjang. Hal ini ia lakukan karena melihat kue keranjang itu sudah menjadi hal lumrah dan biasa saja.

Penjualan kue kering baginya lebih untung karena, kue kering yang dibeli bukan satuan, melainkan dijual per kg. Kemudian, hal ini lah yang membuat Lian tergerak untuk lebih fokus menjual kue kering.

“Justru di toko saya yang paling laris itu kue kering dibanding kue keranjang. Mungkin karena saya juga jujur lebih banyak jual kue kering, kalau kue kering itu untungnya besar, soalnya dia dibelinya per kg bukan satuan. Kalau kue kering sudah biasa saja dan ada dimana-mana,” imbuh Lian.

Lian membeberkan, untuk kue kering yang laris adalah kue nastar kelinci. Kue nastar tersebut bisa dibeli dengan harga Rp35.000 per kg. Lalu, jika ada pembeli yang ingin memborong kue kering tersebut bisa disediakan satu plastik besar, dan kisaran harganya Rp100 ribu sampai Rp500 ribu untuk yang paling besarnya.

Omzet yang didapatkan Lian bisa mencapai 100 persen, dengan pendapatan sehari bisa di Rp5 juta untuk hari biasa. Selanjutnya, untuk menjelang hari perayaan Imlek, pendapatan yang ia dapatkan dalam sehari bisa mencapai Rp9 juta.

Lian menjelaskan, perbedaan perkembangan bisnisnya, baik saat ini maupun pada era pandemi COVID-19 2020 lalu sangat jauh berbeda. Ketika pandemi, omzet yang ia dapatkan mencapai 40 persen dan itu baginya masih bertahan berkat melalui penjualan online.

Melalui penjualan online tersebut ia masih dapat bertahan dengan mencukupi kebutuhan pokok sehari – hari untuk keluarganya. Kendati begitu, ia sekarang berjualan dengan hybrid atau bisa dibilang penjualan online dan konvensional itu saling beriringan.

“Waktu COVID-19 itu omzet yang saya dapatkan jauh sekali dibandingkan hari ini. Dulu omzet saya ada di 40 persen dan itu puji syukur masih bertahan karena adanya penjualan online. Kalau sekarang, penjualan saya bisa jadi dua jenis yaitu online dan konvensional seperti ini di toko,” pungkas Lian.

Baca juga artikel terkait IMLEK 2023 atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Maya Saputri