tirto.id - Pasangan yang diusung PDI Perjuangan (PDIP) Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno mengalami kekalahan di Pilgub Jawa Timur 2018. Berdasarkan hitung cepat versi SMRC, pasangan Gus Ipul dan Puti hanya mendapat suara sebanyak 47,72 persen. Angka ini lebih rendah dibanding pesaingnya, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak yaitu 52,28 persen.
Ada banyak spekulasi yang menyebut faktor kekalahan PDIP di Jawa Timur. Salah satunya terkait pola kampanye PDIP yang menggunakan figur Presiden RI Sukarno, yang dianggap tidak berhasil atau tidak efektif dalam memenangkan Pilkada Jatim.
Namun hal tersebut dibantah oleh Ketua Bidang Hubungan Internasional dan Pertahanan DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pariera. Menurutnya, efektivitas figur Sukarno dalam kampanye di Pilkada Jatim 2018 adalah hal yang relatif.
"Soal efektivitas dan tidak efektivitas itu relatif ya bahwa proses yang dilakukan baik Gus Ipul maupun Mbak Puti dengan dukungan kader-kader itu sudah maksimal dan hasil yang sekarang kita harus menghargai itu," ucap Andreas di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Kamis (28/6/2018)
Andreas mengatakan, figur Sukarno tetap efektif untuk digunakan dalam kampanye karena tidak bisa terlepas dari sejarah Indonesia.
"Ya tetap efektif. Bahwa suatu simbol akan menjadi ukuran untuk semua ya itu pilihan masyarakat tentunya tapi tidak akan mengurangi juga arti Sukarno terhadap masyarakat karena itu adalah sejarah," ucap Andreas.
Andreas mengatakan bahwa efektif atau tidaknya figur Sukarno dalam kampanye bukan penyebab utama atas kekalahan Gus Ipul di Jawa Timur. Menurutnya, ada faktor-faktor lain yang harus diperhatikan juga.
"Ya banyak faktor kalau soal itu. Tapi tidak bisa kita karena ini, karena ini, tidak bisa," ungkap Andreas.
Walaupun kalah, Andreas mengatakan bahwa figur Sukarno tetap digunakan PDIP dalam kegiatan kampanye karena partai pimpinan Megawati itu tidak bisa lepas dari sosok Sukarno.
"Ya pastilah karena itu bagian dari turunan ideologi yang ada di PDIP ini. Dan itu adalah hak paten yang ada di bangsa ini. Yang ada di PDIP," kata Andreas.
Penulis: Naufal Mamduh
Editor: Alexander Haryanto