tirto.id - Kader PDI Perjuangan (PDIP), Deddy Sitorus merespons survei terbaru Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis soal dominasi pemilih muda ketika memilih sosok pemimpin nasional pada Pemilu 2024.
Proporsi pemilih muda dalam kelompok usia 17-39 tahun diprediksi mencapai 60 persen atau setara dengan dikonversi jumlah pemilih muda bisa mendekati 114 juta orang.
Sebagai catatan dalam survei itu, mendefinisikan pemilih muda adalah mereka yang terdiri dari kelompok pemilih generasi Z dan generasi milenial (24-39 tahun).
Kelompok itu dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Survei itu per Agustus 2022. Dalam survei itu, pemilih muda lebih memilih karakter peminpin yang jujur dan antikorupsi.
Deddy mengatakan memilih pemimpin memang harus memiliki rekam jejak bebas korupsi, pandangan, sikap, dan rencana strategis/road map yang konkret dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
"Mampu menggalang partisipasi publik, sinergi antarlembaga, perbaikan sistem, dan penegakan hukum yang konsisten dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi," kata Deddy kepada Tirto, Jumat (17/3/2023).
Ia mengatakan pemberantasan korupsi tidak mungkin dilakukan seorang presiden, tetapi harus menjadi kemauan yang kuat dari seluruh komponen bangsa.
"Jadi, kata kuncinya pada road map, pencegahan dan pemberantasan, penegakan hukum, dan menjadi komitmen yang kuat dari capres," ucap Deddy.
Ia menyatakan calon yang akan dipilih harus mampu membangun kepercayaan publik atau public trust.
Sebelumnya, Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes mengatakan, survei pihaknya itu menemukan adanya perubahan tren minat terhadap persepsi anak muda atau pemilih muda ihwal kepemimpinan nasional dari kepemimpinan yang basisnya merakyat sederhana pada 2019 menjadi yang jujur dan antikorupsi. Ia tak menampik anak muda masih melihat pemimpin yang sederhana.
“Sebenarnya surveinya agak lama, ya, dilakukan Agustus 2022 sampai sekarang paling enggak tujuh bulanan. Saya kira mungkin ada perubahan-perubahan,” kata Arya saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (16/3/2023).
Sejumlah faktor yang menjadi sebab terjadinya perubahan persepsi anak muda dalam memiliki sosok pemimpin, terutama kondisi-kondisi sosial yang terjadi di Indonesia. Arya menyebut, meningkatnya angka-angka korupsi yang tak luput dari perhatian anak muda dan kebutuhan ke depan.
“Anak muda melihat soal pentingnya kepemimpinan yang bersih dan korupsi. Ini juga mungkin juga dilatarbelakangi karena ketika itu anak muda cukup banyak yang menokak revisi UU KPK yang dianggap melemahkan fungsi-fungsi KPK,” ucap Arya.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Maya Saputri