tirto.id - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau agar tak melakukan ceramah politik selama Bulan Suci Ramadhan. PBNU mengimbau agar tetap menjaga kondusivitas di tengah masyarakat selama Ramadhan.
"Sebetulnya secara umum ini kan masuk di dalam seruan (larang ceramah politik), bahkan instruksi kami di dalam jaringan NU untuk menjaga kondusivitas masyarakat," kata Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf saat jumpa pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3/2024).
Menurut pria yang karib disapa Gus Yahya itu, saat ini masyarakat sudah dalam keadaan kondusif dan tenang setelah pemungutan suara Pemilu 2024.
"Jadi, kalau ada ceramah yang enggak-enggak, ya, paling diketawain orang," tutur Gus Yahya.
Lebih lanjut, Gus Yahya mengatakan ceramah yang bersifat provokasi tidak relevan selama Ramadhan. Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar lebih baik mendekatkan diri kepada Tuhan daripada berceramah yang bersifat provokasi.
"Kami ingatkan dan kami imbau kepada semua, daripada kita melakukan provokasi, mari kita tingkatkan pendekatan diri kita kepada Allah SWT, berdoa kepada Allah apa yang kita keluhkan," tukas Gus Yahya.
Dalam kesempatan itu, Gus Yahya juga merespons permintaan Muhammadiyah agar Kementerian Agama tidak menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan 1445 Hijriyah. Menurutnya, sidang isbat itu sudah menjadi ketentuan pemerintah, sehingga untuk menghapus itu membutuhkan proses panjang.
"Tidak bisa tiba-tiba lalu misalnya menteri agama tiba-tiba bilang tahun ini nggak ada sidang isbat, tentu kami juga akan protes juga karena ini sudah menjadi aturan," kata Gus Yahya.
Dia mengatakan sidang isbat ini diselenggarakan untuk tujuan agar harmoni masyarakat bisa terpelihara dalam Ramadhan dan Idul Fitri nanti. Bahkan, kata dia, dulu yang mengusulkan sidang isbat itu sendiri adalah dari Muhammadiyah.
"Saya enggak tahu apa karena yang mengusul sidang isbat itu Muhammadiyah, supaya ada sidang isbat, lalu sekarang mengusulkan untuk tidak ada," tutup Gus Yahya.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Maya Saputri