Menuju konten utama

PBB Rilis Laporan Soal Bahaya Perubahan Iklim Secara Global

PBB merilis laporan soal dampak perubahan iklim.

PBB Rilis Laporan Soal Bahaya Perubahan Iklim Secara Global
Markas Besar PBB di New York City. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - PBB merilis sebuah laporan yang berisikan kerusakan lingkungan diakibatkan oleh bencana beserta naiknya permukaan air laut yang meningkatkan risiko penggusuran ratusan juta umat manusia yang bermukim di garis pantai di seluruh dunia.

Dikutip dari Independent, dokumen tersebut menguraikan skenario pemanasan laut yang siap untuk menyengsarakan penduduk bumi dengan prakira menurunnya jumlah ikan, mencairnya laut, es, dan gletser, dan meningkatnya perpindahan manusia.

Jika manusia tidak mengurangi secara signifikan emisi gas rumah kaca, maka 30 persen lapisan es di permukaan bumi bagian utara mencair dalam 80 tahun, sebut laporan tersebut,yang diupayakan oleh Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC), berjudul Global Warming of 1,5 degree C (PDF).

Laporan keempat sejak tahun lalu ini meneliti krisis iklim yang tengah berlangsung, disamping tiga masalah lainnya, yaitu penurunan keanekaragaman hayati, pengelolaan hutan dan makanan sembarangan, serta bagaimana peningkatan suhu rata-rata bumi 1,5 derajat celsius tersebut akan terasa sejak masa pra-industrialisasi.

Laporan ini menyuarakan harus ada perubahan besar-besaran jika ingin mencegah bencana terjadi. Warga dunia harus merombak besar-besaran pola produksi dan konsumsi untuk menghindari kerusakan terburuk dari perubahan iklim dan degradasi lingkungan.

Laporan ini rencananya akan dirilis secara resmi pada 25 September mendatang, dan disebutkan di dalamnya bahwa teks dapat berubah antara konsep dan versi final setelah IPCC mempertimbangkan setiap barisnya dengan cermat.

Para pemimpin dunia akan bertemu di Monako September mendatang, dikutip dari Aljazeera. Didasari oleh sains, draft laporan ini ditulis berdasarkan ribuan studi rekan sejawat dan digumulkan bersama para ahli yang kompeten dalam bidang ini tentang bagaimana membingkai temuan, dan apa-apa saja yang dituliskan di dalamnya.

Tiga laporan sebelumnya dirilis sejak 2018, berfokus pada pembatasan pemanasan global 1,5 derajat celsius, pengurangan keanekaragaman hayati, pengelolaan hutan, dan sistem pangan global.

Dua lapisan es bumi, yang ada di permukaan Greenland dan Antartika telah kehlangan 400 miliar ton massa setiap tahunnya selama beberapa dekade. Hal tersebut menjadi pendorong utama kenaikan permukaan air laut, yang dapat membahayakan lebih dari seperempat penduduk bumi.

"Bahkan jika jumlahnya 100 atau 50 juta [orang terlantar] pada tahun 2100, itu masih merupakan gangguan dan menyengsarakan manusia," kata Ben Strauss, CEO dan kepala ilmuwan Climate Central.

"Ketika kita masih sibuk dengan urusan kestabilan politik yang dipicu oleh migrasi kecil-kecilan, saya justru ngeri memikirkan bahwa di masa depan migrasi puluhan juta orang terjadi karena air melahap tanah penduduk," tandasnya.

Beberapa penelitian Strauus juga digunakan untuk membuat laporan tersebut. Suhu permukaan rata-rata bumi telah naik 1 derajat sejak akhir abad ke-19, dan berada di jalur yang sesuai dengan laju emisi karbon dioksida (C02) yang kemungkinan mampu membuat suhu bumi naik hingga 2-3 derajat celcius di akhir abad ke-21 ini.

Tanpa adanya upaya pencegahan, abad ke-22 akan terjadi kenaikan permukaan air laut dengan cepat, diperkirakan 100 kali lipat lebih banyak dari hari ini, dengan peningkatan signifikan per tahunnya.

Baca juga artikel terkait PERUBAHAN IKLIM atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora