tirto.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi populasi dunia akan mencapai 8 miliar jiwa pada 15 November 2022. Hal ini tertuang dalam laporan Prospek Populasi Dunia 2022 yang dirilis PBB pada 11 Juli 2022 atau bertepatan dengan Hari Populasi Dunia.
“15 November 2022 diprediksi menjadi hari di mana populasi dunia mencapai delapan miliar. Proyeksi tersebut terungkap dalam laporan PBB World Population Prospect 2022,” tulis PBB dalam laman resminya pada Kamis (18/7/2022).
Dalam laporan tersebut, PBB menyebut India bakal melewati Cina sebagai negara terpadat pada 2023. Sementara, proyeksi terbaru PBB menunjukkan bahwa populasi dunia dapat tumbuh menjadi sekitar 8,5 miliar pada 2030 dan 9,7 miliar pada 2050, dan mencapai puncaknya sekitar 10,4 miliar jiwa pada 2080-an. Populasi tersebut diperkirakan akan tetap pada tingkat itu sampai 2100.
Laporan ini juga mencatat bahwa populasi global tumbuh pada tingkat paling lambat sejak 1950 silam, sesudah turun menjadi kurang dari satu persen pada 2020. Kesuburan juga telah turun tajam dalam beberapa dekade terakhir di banyak negara.
“Saat ini, dua pertiga dari populasi global tinggal di negara atau wilayah di mana fertilitas seumur hidup di bawah 2,1 kelahiran per wanita, kira-kira tingkat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan nol di jangka panjang, untuk populasi dengan kematian rendah,” tulis PBB.
Menurut laporan tersebut, populasi di 61 negara diperkirakan akan berkurang setidaknya satu persen selama tiga dekade mendatang. Hal ini sebagai akibat dari tingkat kesuburan yang rendah dan dalam beberapa kasus ada peningkatan tingkat emigrasi.
PBB menuturkan pandemi COVID-19 telah berdampak pada perubahan populasi, seperti harapan hidup global saat lahir turun menjadi 71 tahun pada 2021 (turun dari 72,9 tahun pada 2019). Di beberapa negara, gelombang pandemi yang berurutan mungkin telah menghasilkan pengurangan jangka pendek dalam jumlah kehamilan dan kelahiran.
“Tindakan lebih lanjut oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesuburan akan berdampak kecil pada laju pertumbuhan penduduk antara sekarang dan pertengahan abad, karena struktur usia muda dari populasi global saat ini,” ujar Direktur Divisi Kependudukan PBB Departemen Ekonomi dan Sosial (DESA) John Wilmoth.
Meski demikian, dia mengatakan efek kumulatif dari kesuburan yang lebih rendah jika dipertahankan selama beberapa dekade bisa menjadi perlambatan yang lebih substansial dari pertumbuhan populasi global pada paruh kedua abad ini.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan