tirto.id - Rentetan gempa masih terus mengguncang Lombok dan sekitarnya sejak akhir Juli lalu. Meskipun demikian, panitia bentukan pemerintah RI meyakini Pertemuan Tahunan IMF-World Bank (WB), pada Oktober mendatang, tetap aman untuk digelar di Bali.
Kepala Satuan Tugas Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Peter Jacobs mengatakan panitia forum tersebut sebenarnya memiliki opsi memindah lokasi acara ke Washington DC, jika diperkirakan ada kondisi yang benar-benar membahayakan. Namun, opsi itu belum dipertimbangkan untuk diambil.
"Sampai sekarang, kami meyakini acara akan diadakan di Bali sesuai jadwal. Belum ada rencana memindahkan,” kata Peter di kantor Bank Indonesia, Jakarta, pada Rabu (5/9/2018).
“Kalau ada force major, belum dilihat apakah akan dikembalikan ke Washington, tapi sampai sekarang belum ada rencana begitu," dia menambahkan.
Sementara itu, Sekretariat Panitia Nasional dari Kementerian Keuangan, Adi Budiarso menyatakan panitia forum itu telah melakukan beberapa kali pengecekan struktur masalah potensi bencana di Bali.
"Ada 3 bencana yang sudah disimulasikan. Utamanya tsunami, karena pusat gempa 150 Km di bawah sana [laut]. Titik penyelamatan tercepat adalah ke rooftop, ada 21 official hotel dan 11 di antaranya sudah grade A untuk atasi tsunami 3-6 meter," ujar Adi.
Pemerintah juga telah meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) menyiapkan kelengkapan sarana peringatan dini adanya bencana.
"Disaster authority Indonesia sudah ada sirine, jadi begitu ada potensi tsunami itu akan menyala, 20 menit paling lambat. Kami sudah tes setiap tanggal 26. Dan 26 Desember yang lalu sudah melibatkan 25 juta participant," ujar Adi.
Selain gempa dan tsunami, ancaman bencana yang membayangi pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali adalah potensi erupsi Gunung Agung.
"Soal Gunung Agung, proses monitoring terhadap kemungkinan gangguan asap dari Gunung Agung resikonya adalah penutupan bandara," ujar Adi.
Adi melanjutkan bahwa monitoring aktivitas Gunung Agung dan potensi asapnya menjadi prioritas pertama karena dapat mengganggu seluruh penerbangan mancanegara.
"Evaluasi tercepat untuk antisipasi adanya risiko, adalah ketika ada letusan gunung api, maka ada baiknya kita tetap di dalam gedung. Saat letusan kemarin aktivitas di NTB sangat normal. Radius 12 Km untuk asap dan jarak venue bisa 70-75 Km sehingga bisa kita bilang sangat aman," ujar Adi.
Dia mengklaim bahwa struktur manajemen risiko kebencanaan di Bali sudah siap. "Sampai saat ini tidak ada report [laporan] pada kami untuk yang perlu di-alert secara khusus," ujar Adi.
Ia mengatakan dalam waktu dekat Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman sekaligus Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia, Luhut Binsar Pandjaitan akan memimpin rapat koordinasi untuk membahas segala persiapan penyelenggaraan forum tersebut.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom