tirto.id - Bagi Jenderal Gatot Nurmantyo, mahasiswa menjadi salah satu alat pemersatu bangsa. Dengan begitu, keberadaan mahasiswa menurut Panglima TNI tersebut bisa menjadi bagian untuk mencegah potensi-potensi ancaman yang bisa memecah belah persatuan bangsa Indonesia.
"Mari kita cegah hasutan, provokasi dan adu domba. Saya yakin keberadaan mahasiswa itu adalah bagian dari pemersatu bangsa Indonesia," katanya saat menjadi pembicara utama pada Seminar Nasional Peningkatan Ketahanan Bangsa untuk Menjaga Keutuhan NKRI, di Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran Bandung, Rabu (23/11/2016).
Ia mengatakan reformasi yang terjadi pada tahun 1998 bisa terjadi karena semangat para mahasiswa saat itu. "Dan sekarang ada ancaman terhadap negara, mahasiswa juga jadi pemersatu bangsa," kata dia.
Menurut dia, Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan pantai terpanjang di dunia kedua (95 juta kilometer) menjadikan negara ini menjai sebuah negara yang menjanjikan dari aspek sumber daya alamnya.
"Indonesia itu kaya akan sumber daya alam yang melimpah dan bahkan Indonesia menjadi negara kepercayaan konsumen tertinggi nomor tiga di dunia," kata dia.
Oleh karena itu, kata Gatot, dengan potensi sumber daya alam yang besar dan luas maka potensi ancaman untuk Indonesia hadir dari berbagai aspek salah satunya ialah di wilayah Laut Cina Selatan dan perbatasan wilayah Australia dan wilayah Darwin, Australia hanya berjarak 90 km dari pulau terluar Indonesia yakni Masela.
"Kemudian ada Blok Masela punya kandungan gas dan minyak di bawah permukaan air laut. Segi jarak itu tidak terlalu jauh dengan Australia," ujar dia.
Lebih lanjut ia mengatakan ancaman juga Indonesia juga bisa berbentuk narkotika dan terorisme atau ideologi menyimpang.
"Jadi sekarang semua latar belakang atau sekitar 70 persen [ancaman dan konflik karena] energi. ISIS saja latar belakang energi. Bukan bicara lagi ideologi atau agama," kata dia seperti dikutip dari Antara.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari