tirto.id - Presiden Joko Widodo dalam akun Twitter miliknya mengatakan Indonesia memiliki 13 juta hektare kebun kelapa sawit dengan produksi 46 juta ton per tahun. Namun, Uni Eropa memunculkan isu minyak kelapa sawit (CPO) tidak ramah lingkungan.
“Ini soal perang bisnis antarnegara saja karena CPO bisa lebih murah dari minyak bunga matahari mereka,” demikian twit Jokowi pada 11 Januari 2020.
Jokowi melanjutkan, “Jalan keluarnya ada: CPO kita pakai lebih banyak untuk domestik, jadi campuran biodiesel melalui program B20, dan kini B30. Komoditas lain seperti nikel, bauksit, timah, batu bara, dan kopra menyusul. Kita tidak akan ekspor mentah, tapi dalam bentuk jadi atau setengah jadi.”
Akan tetapi, twit Jokowi tersebut menuai kritik, salah satunya dari Ketua Tim Pengkampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas. Ia menyayangkan pernyataan “perang dagang” itu dilontarkan dari seorang presiden.
“Ini adalah pengabaian terhadap fakta-fakta dampak sawit yang merusak lingkungan. Sudah banyak dalam referensi ilmiah juga menjadi dasar kebijakan Renewable Energy Directive (RED) Uni Eropa yang mengeluarkan biofuel berasal dari penggunaan lahan, termasuk dari sawit," kata Arie ketika dihubungi reporter Tirto, Senin (13/1/2020).
Indonesia memiliki 13 juta ha kebun kelapa sawit dengan produksi 46 juta ton per tahun. Uni Eropa memunculkan isu bahwa minyak kelapa sawit (CPO) tidak ramah lingkungan.
— Joko Widodo (@jokowi) January 11, 2020
Ini soal perang bisnis antarnegara saja karena CPO bisa lebih murah dari minyak bunga matahari mereka. pic.twitter.com/YzzihBQggX